Anak-anak merupakan hampir setengah dari populasi di wilayah tersebut, dan mereka sering ditemukan di rumah sakit sebagai korban, kata seorang pengawas rumah sakit dilansir CNN.
Pengawas ruangan di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan kepada CNN tersebut kalau para orangtua yang menuliskan nama anak mereka di bagian tubuh adalah “fenomena baru”.
“Banyak anak-anak yang hilang; banyak yang tiba di sini dengan tengkorak patah… dan sulit untuk mengidentifikasi mereka; hanya melalui tulisan itulah mereka dapat diidentifikasi,” tambahnya.
Rumah Sakit Kritis, Korban Bertumpukan
Ketika “pengepungan total” Israel terus berlanjut, sistem kesehatan Gaza berada di ambang kehancuran, di mana rumah sakit kehabisan obat-obatan, air, dan listrik yang diperlukan untuk memberikan perawatan.
Pejabat kesehatan Palestina dan Komite Palang Merah Internasional memperingatkan awal bulan ini kalau rumah sakit sudah tidak bisa lagi menjalankan fungsi medisnya dalam waktu dekat jika kondisi tidak berubah.
Dr Iyad Issa Abu Zaher, direktur jenderal Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, mengatakan setelah serangan bom Israel di dekatnya pada Sabtu malam hingga Minggu kemarin, rumah sakit tersebut berada dalam kapasitas penuh dan tidak dapat menerima pasien baru.
“Korban luka berada di depan pintu ruang operasi dan saling bertumpukan, masing-masing menunggu giliran untuk dioperasi,” katanya kepada CNN.
Butuh Bantuan Banyak dan Segera
Dua konvoi bantuan pertama mencapai warga Palestina di Jalur Gaza dari Mesir melalui penyeberangan Rafah pada akhir pekan, kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dalam sebuah postingan di X pada hari Minggu.
“Tetapi mereka membutuhkan lebih banyak lagi,” tambah Martin Griffiths.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu, kelompok bantuan PBB di Jalur Gaza, UNRWA, mengatakan kurangnya bahan bakar dalam konvoi pertolongan pertama berarti wilayah tersebut akan kehabisan air, listrik, dan rumah sakit yang berfungsi dalam tiga hingga empat hari ke depan.
“Tidak ada bahan bakar yang akan semakin mencekik anak-anak, perempuan, dan masyarakat Gaza,” kata Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB di Palestina.
(oln/cnn/BI/*)