Mereka juga mengirimkan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang ditujukan untuk Arab Saudi dan sistem rudal permukaan-ke-udara Patriot yang akan dikirim ke Kuwait, Yordania, Irak, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Pat Ryder mengungkapkan langkah tersebut bertujuan untuk mencegah eskalasi regional dan melindungi AS dan mitra-mitranya.
Jumlah Korban Tewas di Gaza Mencapai 10.022 Orang
Serangan Israel ke Gaza Palestina telah menewaskan setidaknya 10.022 warga sejak 7 Oktober 2023.
Dari korban tersebut, termasuk 4.104 anak-anak dan 2.641 perempuan.
Baca juga: Bendera Palestina Boleh Dikibarkan di Stadion, Effendi Gazali Apresiasi Ketua Umum PSSI Erick Thohir
Sementara di pihak Israel jumlah korban tewas berjumlah 1.400 akibat serangan Hamas.
Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, Ashraf al-Qidreh, mengatakan jumlah korban yang terluka mencapai puluhan ribu orang.
"Mereka yang terluka sejak 7 Oktober berjumlah 25.408 orang," ungkapnya dikutip dari Al Jazeera, pada Senin (6/11/2023).
Ashraf al-Qidreh menambahkan, bahwa rumah sakit di Gaza turut terkena serangan Israel dalam 24 jam terakhir.
"Rumah Sakit Al Rantisi menjadi sasaran dua kali serangan udara Israel. Pusat Kanker dan Pusat Anak Khusus juga menjadi sasaran. Empat orang tewas dan 70 orang luka-luka, beberapa di antaranya anak-anak, staf, dan pengungsi," jelas dia.
Menurut Ashraf al-Qidreh, serangan udara Israel di Rumah Sakit Al Rantisi menghancurkan panel surya dan tangki air yang diperlukan untuk mendukung layanan.
Baca juga: Israel Sebut Ada Terowongan Khusus Hamas di Bawah Rumah Sakit Indonesia di Gaza
"Menargetkan pasokan penting mengancam kehidupan semua orang di rumah sakit," jelas dia.
Ashraf al-Qidreh menyampaikan, sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober, terhitung ada 192 staf medis yang tewas, 32 ambulans hancur, dan 16 rumah sakit tidak dapat beroperasi.
"Israel melakukan 18 serangan dalam beberapa jam terakhir, menewaskan 252 orang. Penargetan toko roti menambah krisis pangan," ungkapnya.
Ashraf al-Qidreh memperingatkan, Israel menganggap diamnya komunitas internasional sebagai lampu hijau untuk melanjutkan pembantaiannya.