Kemudian pemerintah di Yaman menawarkan hadiah sebesar 55.000 dolar untuk penangkapannya dan meluncurkan operasi yang bertujuan untuk memberantas dugaan pemberontakan di utara.
Hussein kemudian dibunuh oleh pasukan keamanan yang mencoba menangkapnya pada tahun itu juga.
Baca juga: Analis: Serangan Houthi Yaman di Laut Merah Bisa Picu Lonjakan Harga Minyak Dunia
Sejak saat itulah Abdul-Malik al-Houthi mengambil alih kendali militer atas Houthi.
Ia menjadi komandan yang bertanggung jawab atas negosiasi dengan pemerintah Yaman pada tahun 2007.
Setelah Arab Spring pada tahun 2011, Houthi mengubah retorikanya menjadi pidato yang menarik perhatian banyak warga Yaman.
Popularitasnya meningkat ketika ia mulai mengkritik tingginya harga bensin dan serangan pesawat tak berawak Saudi.
Pada bulan September 2014, ia berusaha menggulingkan pemerintahan Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour yang berbasis di Sanaa.
Pada bulan November 2014, Hadi mengumumkan daftar baru menteri pemerintah yang mencakup pejabat dan pendukung Houthi.
Namun, kelompok Houthi menolak usulan struktur pemerintahan tersebut, dan tidak menyetujui orang-orang tertentu yang pernah bertugas di pemerintahan sebelumnya.
Pada bulan Januari 2015, Houthi menggulingkan pemerintahan Hadi di Sanaa, merebut gedung-gedung pemerintah dan istana presiden.
Kemudian Houthi menjadikan Hadi dan kabinetnya sebagai tahanan rumah dan menuntut pengunduran diri mereka.
Satu bulan kemudian, Houthi mendirikan parlemen sementara yaitu Komite Revolusi Tertinggi (SRC).
Pada musim semi 2015, Houthi menguasai 16 provinsi Yaman di utara dan barat laut Yaman.
Baca juga: Ancaman Houthi Yaman untuk Amerika: Laut Merah akan Jadi Kuburanmu
Dianggap mengancam stabilitas Yaman, Houthi mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat dan PBB pada 14 April 2015.