“Tidak ada tempat yang aman di Gaza, mulai dari pagar kawat hingga pagar kawat (perbatasan dari utara ke selatan), tidak ada tempat yang aman,” katanya kepada Reuters.
Puluhan lainnya terluka setelah pesawat tempur Israel mengebom daerah pemukiman di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah.
Cedera lebih lanjut terjadi ketika pasukan Israel menargetkan sebuah rumah milik keluarga Masran di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.
Pada saat yang sama, serangan udara menghantam berbagai wilayah di kota Khan Yunis, tempat bentrokan antara pasukan Israel dan kelompok perlawanan Palestina sedang berlangsung.
Setelah hampir empat bulan perang, sekitar 90 persen warga Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka, termasuk banyak yang pindah ke selatan ke Rafah untuk menghindari pemboman Israel dan pertempuran sengit di Gaza utara dan tengah.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pekan lalu berjanji untuk memperluas operasi militer Israel di Rafah.
Kemajuan di Rafah juga menimbulkan kekhawatiran bagi Kairo, yang mengatakan pihaknya tidak akan menerima masuknya pengungsi Palestina dalam upaya untuk mencegah pengusiran permanen warga Palestina, seperti yang terjadi pada Nakba tahun 1948.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Reuters bahwa militer akan mencari cara untuk mengevakuasi sebagian besar pengungsi ke utara sebelum melakukan penyisiran di Rafah.
Namun banyak lingkungan di utara telah hancur, dan Israel sering mengebom daerah-daerah yang mereka klaim aman dan mendorong warga Palestina untuk terus-terusan mengungsi.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell memperingatkan konsekuensi dari perluasan serangan terhadap Rafah, dengan menyatakan bahwa "Sekitar 1 juta warga Palestina telah mengungsi secara bertahap ke perbatasan Mesir. Israel mengklaim bahwa wilayah tersebut adalah zona aman, namun faktanya, apa yang kita lihat adalah bahwa wilayah tersebut adalah zona aman. pemboman yang berdampak pada penduduk sipil terus berlanjut, dan hal ini menciptakan situasi yang sangat mengerikan."
Prospek terjadinya perang darat di Rafah telah menimbulkan kekhawatiran tentang ke mana penduduk akan pergi mencari keselamatan. PBB baru-baru ini mengatakan kota ini menjadi "penyebab keputusasaan".
Serangan semacam itu dapat mendorong para pengungsi ke Mesir, yang menurut banyak pejabat Israel adalah tujuan mereka.
Sebagian besar masyarakat Israel mendukung pengusiran paksa 2,3 juta penduduk Gaza ke Mesir atau tempat lain. Mereka ingin Israel mencaplok Gaza dan membangun permukiman Yahudi di sana.
Seorang koresponden Al-Mayadeen melaporkan “gerakan pengungsian terbalik dari Rafah menuju wilayah tengah Jalur Gaza.”
Serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 27.238 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 66.451 orang, dalam sebuah kampanye yang kini secara luas dipandang sebagai genosida.
(Sumber: The Cradle, WAFA)