Pada hari Minggu, lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengatakan tentara Israel menyetujui rencana untuk menyerang Rafah, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Rafah merupakan rumah bagi lebih dari 1,4 juta orang, sebagian besar dari mereka tinggal di tenda-tenda di tengah kurangnya layanan penting.
Pengumuman tentara Israel memicu kekhawatiran PBB dan negara-negara di seluruh dunia karena hal ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi orang-orang yang tidak memiliki tempat untuk berlindung.
Pada hari Senin pasukan pendudukan Israel melakukan pembantaian besar-besaran di Rafah dini hari, dikutip dari Al Mayadeen.
Saat itu, pesawat tempur pendudukan Israel melancarkan lebih dari 50 serangan udara di Rafah.
Sumber-sumber medis Palestina mengatakan, setidaknya 100 orang tewas dan lebih dari 230 orang terluka dalam serangan besar-besaran Israel di kota Rafah, Jalur Gaza selatan.
Menanggapi pembantaian tersebut, pejuang Palestina Hamas menekankan bahwa serangan tentara pendudukan Israel di kota Rafah dianggap sebagai kelanjutan dari perang genosida terhadap rakyat Palestina.
Hamas meminta pemerintah AS dan Presiden Biden secara pribadi bertanggung jawab penuh bersama dengan pemerintah pendudukan Israel atas kejahatan ini.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Menlu Iran dan Konflik Palestina vs Israel