Tanpa meninjau data penerbangan, ia mengatakan kecelakaan itu tampaknya bukan disebabkan oleh cuaca.
"Mungkin ada kerusakan mesin di satu sisi yang tidak ditangani dengan baik oleh kru," katanya.
"Bisa jadi dorongan dari mesin yang tersisa yang menyebabkan putaran ke bawah."
Konsultan keselamatan penerbangan AS dan mantan pilot komersial John Cox mengatakan ia ingin memvalidasi data Flightradar, yang menunjukkan banyak perubahan kecepatan.
Flightradar24 mengatakan data yang dikirim dari pesawat mengindikasikan pesawat itu menukik pada kecepatan 8.000 hingga 24.000 kaki per menit dalam 60 detik terakhir penerbangan.
Tetapi terlepas dari itu, sesuatu yang sangat signifikan terjadi yang menyebabkan pesawat berputar saat jatuh, ujarnya.
"Kami tidak bisa memutar pesawat," kata Cox.
"Jadi itu berarti pada suatu titik, pesawat mogok dan kemudian awak pesawat kehilangan kendali."
"Tetapi tampaknya mungkin ada beberapa peristiwa bencana sebelum hilangnya kendali itu."
Mengutip newsnationnow.com, Arthur Rosenberg, mantan pilot dan insinyur kedirgantaraan, menduga ada kegagalan baling-baling atau kegagalan mesin yang membuat pesawat jatuh.
Kondisi saat pesawat berputar vertikal seperti ATR-72 disebut flat spin.
Baca juga: Lebih Dari 60 Orang Dikabarkan Tewas Dalam Kecelakaan Pesawat di Kawasan Permukiman di Brazil
Saat pesawat memasuki “flat spin stall,” Rosenberg mengatakan bahwa pilot pada dasarnya menerbangkan pesawat eksperimental.
"Pesawat itu jatuh, terguling, berputar. Itu membingungkan. Anda benar-benar merasakannya di tubuh Anda. Tingkat ketakutan yang dialami orang-orang ini tidak dapat dijelaskan," imbuh Rosenberg.
Kepala CENIPA, unit Angkatan Udara Brasil yang menyelidiki kecelakaan dan insiden penerbangan, Marcelo Moreno memperingatkan dalam konferensi pers bahwa masih terlalu dini untuk menentukan penyebab kecelakaan itu.