Akan tetapi laporan Haaretz bulan lalu mengonfirmasi bahwa pasukan Israel secara luas menggunakan "perintah Hannibal" pada 7 Oktober, yang mewajibkan tentara Israel untuk menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mencegah penangkapan tentara Israel, bahkan jika itu melibatkan pembunuhan.
Pada bulan Juni, Middle East Eye melaporkan bahwa tentara dan dinas intelijen Israel memiliki pengetahuan terperinci tentang rencana Hamas untuk menyerang Israel dan menangkap tawanan beberapa minggu sebelum serangan 7 Oktober.
Pengganti Aharon Haliva
Haliva akan digantikan oleh Mayor Jenderal Shlomi Binder, mantan komandan divisi operasi tentara Israel yang telah dikritik atas pengangkatannya karena ia mungkin terlibat dalam kegagalan terkait serangan pada bulan Oktober.
Ap news melaporkan bahwa pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menyambut baik pengunduran diri Haliva.
Yair Lapid menyebut hal itu dibenarkan dan bermartabat.
Ia lantas meminta Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengikuti langkah Aharon Haliva.
“Sebaiknya Perdana Menteri Netanyahu melakukan hal yang sama,” ungkapnya.
Pengunduran diri Aharon Haliva disampaikan pada awal perayaan Paskah, hari libur besar Yahudi kemarin, tepatnya pada Senin (22/4/2024) lalu.
Profil Aharon Haliva
Aharon Haliva lahir pada 12 Oktober 1967, di wilayah Haifa, Israel.
Ia merupakan petinggi militer berpangkat Mayor Jenderal Israel ( Aluf ) yang memimpin Direktorat Intelijen Militer IDF.
Kehidupan militer Haliva dimulai pada tahun 1985, kala itu dirinya tergabung dalam sukarelawan penerjun payung di Brigade Pasukan Terjun Payung.
Kemudian di tahun 1985, dirinya ditunjuk menjadi perwira infanteri setelah menyelesaikan Sekolah Calon Perwira.
Sepanjang karier awalnya di militer, Haliva sempat bertempur sebagai pemimpin peleton di batalyon pasukan terjun payung 202 dalam Operasi Hukum dan Ketertiban di Lebanon, dan memimpin batalion pasukan terjun payung 202 di Lebanon Selatan dan selama Intifada Kedua.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)