News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Populer Hari Ini

Populer Internasional: Rusia Pusing Rebut Selidovo, Siasat Turki Keluar dari Uni Eropa

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadiri upacara peluncuran pipa gas TurkStream, di Istanbul, Turki pada 8 Januari 2020. Kabar populer di kanal internasional Tribunnews telah terangkum dalam sehari terakhir, mulai Rusia pusing rebut Selidovo hingga siasat Turki keluar UE

SELANJUTNYA>>>

2. Siasat Turki Gabung BRICS

Turki secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS, organisasi negara-negara ekonomi berkembang di dunia. BRICS awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, tapi kini sebagian besar didominasi oleh Moskow dan Beijing.

Omer Celik, juru bicara dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) partai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengonfirmasi hal ini dan mengatakan permintaan tersebut "tertunda."

"Presiden kami telah menyatakan beberapa kali bahwa kami ingin menjadi anggota BRICS," ujar Omar Celik pada awal September. Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut aspirasi Turki, menurut laporan media Turki, dan mengatakan ia akan "sepenuhnya mendukung" keanggotaan Turki.

Jika benar-benar jadi anggota BRICS, yang sering digambarkan sebagai penyeimbang tatanan global yang dipimpin Barat, Turki dapat semakin menjauh dari keanggotaan Uni Eropa (UE) dan sejumlah keuntungan yang ditawarkannya.

Turki ingin gabung UE sejak 2005

"Kami mengharapkan semua negara kandidat UE untuk mendukung nilai-nilai UE dengan tegas, guna menghormati kewajiban yang berasal dari perjanjian perdagangan yang relevan, dan agar selaras dengan Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama UE," kata Peter Stano, juru bicara layanan diplomatik UE. kepada DW.

SELANJUTNYA>>>

3. 17 Perwira Pasukan Hizbullah Lenyap

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengklaim kalau para pimpinan tertinggi pasukan operasi khusus Hizbullah, “Pasukan Radwan” yang "dilenyapkan" dalam serangan udara di pinggiran Beirut, pada Jumat (20/9/2024) tengah menyiapkan serangan mematikan ke wilayah Israel.

Dalam pernyataannya soal serangan yang menewaskan warga sipil tersebut, IDF menyebut kalau para perwira Pasukan Radwan Hizbullah tersebut telah “merencanakan infiltrasi ke Galilea, wilayah Israel selama bertahun-tahun, untuk dieksekusi ketika diberi perintah.” 

 Dalam pernyataan tersebut, IDF lebih lanjut mengklaim kalau komandan senior Ibrahim Aqil dan yang lainnya bertanggung jawab untuk merencanakan, memajukan, dan mengeksekusi ratusan serangan dan operasi melawan Israel.

"Itu termasuk apa yang disebut Israel sebagai “skema pembunuhan untuk menyerang komunitas Galilea,” tulis RNTV mengutip pernyataan IDF.

Militer Israel juga menyebutkan nama-nama pimpinan tertinggi Hizbullah yang terbunuh dalam serangan terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Beirut kemarin, termasuk Ibrahim Aqil, yang merupakan kepala operasi militer Hizbullah, penjabat komandan Pasukan Radwan, dan orang kedua di bawah Hasan Nasrallah.

Adapun Hizbullah mengumumkan tewasnya Aqil kemarin, beberapa jam setelah serangan udara itu terjadi, bersama dengan anggota lain dari Pasukan al-Hajj Radwan.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini