Pesawat Nirawak S-70 adalah pesawat tempur siluman tanpa awak yang merupakan bagian dari upaya Rusia untuk memodernisasi kemampuan militernya.
Pesawat ini sangat besar, dengan lebar sayap 19 meter, dan dapat digunakan untuk pengintaian dan serangan presisi.
Dalam pengembangan sejak 2009, drone ini telah menjalani uji coba pada 2023 dan produksi massal diperkirakan akan dimulai tahun ini.
Kovalenko mengatakan bahwa tiga drone S-70 telah diproduksi sejauh ini dan tiga drone lainnya sedang dalam tahap pengembangan.
Kendaraan Udara Tempur Tak Berawak (UCAV) S-70 Okhotnik Rusia ini dapat beroperasi sebagai ‘wingman’ bagi jet tempur Su-57, dilengkapi dengan Kecerdasan Buatan (AI) dan dapat mencapai luar angkasa jika dilengkapi dengan mesin yang sesuai.
Amerika Serikat mencoba mengembangkan UCAV dengan karakteristik kinerja yang serupa tetapi menghentikan proyek tersebut setelah para insinyurnya tidak dapat mengatasi kendala teknis.
Sejarawan militer dan direktur Museum Angkatan Pertahanan Udara Yuri Knutov, Izvestia melaporkan, S-70 Okhotnik ditenagai oleh mesin turbojet AL-31 dan diharapkan dapat terbang dengan kecepatan 1.000 kilometer per jam dan jangkauan 6.000 kilometer.
Pesawat ini dilengkapi dengan penargetan elektro-optik, radio, dan peralatan pengintaian "jenis lain", dengan rongga internalnya yang membawa muatan 2,8 ton senjata.
"Pesawat ini memiliki banyak elemen drone generasi keenam. Selain visibilitas rendah dan kecepatan supersonik, ia dapat mencapai ketinggian tinggi dan, di masa mendatang, ke luar angkasa. Namun, itu tergantung pada mesin yang masih perlu dibuat," kata pakar Knutov.
Knutov juga secara langsung mengisyaratkan tentang profil misi yang dimaksudkan dari Su-57, Okhotnik, dan wingmen setianya/tim berawak-tanpa awak.
“Su-57 dapat mengendalikan segerombolan pesawat nirawak Okhotnik, dan kombinasi ini membuka peluang besar untuk menyelesaikan misi tempur strategis. ‘Hunter’ dibuat dengan cara yang sama seperti Su-57. Dan di Ukraina, pesawat Su-57 menyelesaikan misi tempur dan kembali tanpa diketahui,” imbuh Knutov.