Video Detik-Detik Kematian Yahya Sinwar Jadi Blunder Israel, Begini Lah Cara Seorang Pahlawan Gugur
TRIBUNNEWS.COM - Maksud hati ingin menjadikan kematian Yahya Sinwar sebagai trofi kemenangan dan alat propaganda melemahkan, video yang sengaja dirilis pendudukan Israel tampaknya menjadi blunder karena justru menghidupkan api perlawanan Palestina menjadi lebih besar.
Simpulan tersebut tergambar dari sebuah ulasan di situs ArabNews yang menggambarkan detik-detik kematian Yahya Sinwar, pemimpin gerakan pembebasan Palestina, Hamas, dalam sebuah pertempuran dengan pasukan pendudukan Israel.
Yahya Sinwar gugur dalam baku tembak di lingkungan Tal Al-Sultan, Rafah, Gaza Selatan, Rabu (16/10/2024) dan diumumkan segera oleh Israel pada Kamis (17/10).
Baca juga: Kematian Sinwar, Israel Makin Benci Sekjen PBB, China Serukan Gencatan Senjata, Rusia Cemaskan Gaza
"Bagi seorang ayah di Gaza, kematian Yahya Sinwar dalam pertempuran, mencoba menghalau drone dengan tongkat adalah ilham dari "bagaimana seorang pahlawan gugur." Bagi warga lain Gaza, itu adalah teladan bagi generasi mendatang bahkan ketika sejumlah orang meratapi dampak perang yang menghancurkan yang dipicunya dengan Israel" tulis ulasan tersebut untuk menggambarkan betapa kematian Sinwar secara mudah mampu mengilhami warga Palestina untuk ikut angkat senjata melawan pendudukan Israel.
Sinwar, arsitek dari serangan mematikan Hamas serangan terhadap Israel pada 7 Okotober 2023, yang memicu perang di Gaza, memang gugur dalam baku tembak dengan pasukan Israel setelah perburuan selama setahun.
Israel lalu merilis sebuah video detik-detik kematian Yahya Sinwar yang terekam lewat sebuah drone tempur dalam baku tembak tersebut.
Proses kematian Yahya Sinwar ini digambarkan secara dramatis dalam perspektif berbeda banyak pihak.
Bagi Israel dan para pendukungnya, kematian Sinwar dinilai sebagai trofi kemenangan, betapa pemimpin Hamas tersebut akhirnya terbujur kaku dengan sejumlah luka berat di seluruh bagian tubuhnya, termasuk luka tembak menganga di kepala.
Foto-foto jasad Sinwar bahkan menjadi bahan olok-olok pendukung Israel.
Beberapa pengamat menyebut, Israel memang sengaja merilis video detik-detik kematian Yahya Sinwar untuk menekan moral petempur Hamas, Brigade Al Qassam yang sejauh ini belum bisa 'dinetralisir' sepenuhnya oleh pasukan pendudukan Israel (IDF).
Baca juga: Siapa Pengganti Yahya Sinwar? Profil 10 Calon Penerus, Ada Tokoh Paling Ekstrem di Hamas
Di sisi lain, Israel mencoba untuk membangkitkan kembali moral pasukannya yang sudah jatuh karena terlalu lama bertugas tanpa target perang yang jelas dan telah memakan banyak korban jiwa di kalangan IDF.
Lewat video tersebut, Israel mencoba menarasikannya sebagai 'potret kemenangan' pasukan IDF.
Begini Lah Cara Seorang Pahlawan Gugur
Video yang diunggah Israel itu menggambarkan momen beberapa menit terakhir Yahya Sinwar, menunjukkan dia melilitkan kain ke wajah sebagai topeng tengah duduk di sebuah kursi di ruangan apartemen yang sudah hancur.
Tangan kanan Sinwar tampak terluka sehingga harus menggunakan tangan kirinya untuk menggenggam sebuah tongkat yang dia gunakan untuk menghalau saat drone tempur Israel mendekat.
Baca juga: Detail Terbaru Kematian Yahya Sinwar: Tentara Israel Sebenarnya Tak Tahu Ada Bos Hamas di Gedung
Dalam pengumumannya, pihak IDF menyebut, Sinwar masih sempat melemparkan granat ke pasukan infanteri Israel yang mengepungnya sebelum sebuah peluru dari penembak jitu IDF menghantam kepalanya.
Saat itu, Sinwar dilaporkan hanya ditemani dua pejuang Hamas yang ikut gugur bersamanya dalam baku tembak.
Perlawanan Yahya Sinwar hingga akhir hayat yang terdokumentasi ini diyakini akan mengilhami banyak warga Gaza dan Palestina untuk tidak menyerah pada Israel, meski nyawa adalah bayarannya.
Hamas dalam pernyataan resminya menyebut, Yahya Sinwar gugur lewat cara yang mulia.
"Dia meninggal sebagai pahlawan, tetap melawan dan tidak melarikan diri, mencengkeram senapannya, dan terlibat melawan tentara pendudukan di garis depan," kata pernyataan Hamas yang berduka atas kematian Sinwar.
Baca juga: Pernyataan Lengkap Hamas Soal Kematian Yahya Sinwar
Dalam pernyataan itu, Hamas bersumpah kematian Sinwar hanya akan memperkuat gerakan itu.
Hamas menambahkan kalau kematian Sinwar tidak akan membuat milisi perlawanan berkompromi pada kondisi dan syarat untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.
Warga Gaza juga terilhami oleh perjuangan Yahya Sinwar.
Pernyataan mereka menggambarkan pemikiran kalau "semua manusia akan meninggal, namun cara yang 'dianugerahkan' ke Yahya Sinwar dengan melawan musuh hingga tetes darah penghabisan adalah cara terbaik memperoleh kematian".
"Dia meninggal dengan mengenakan rompi militer, bertempur dengan senapan dan granat, dan ketika dia terluka dan berdarah dia bertarung dengan tongkat. Beginilah cara pahlawan meninggal,” kata Adel Rajab, 60, ayah dua anak di Gaza.
"Saya telah menonton video 30 kali sejak tadi malam, tidak ada cara yang lebih baik untuk mati," kata Ali, seorang sopir taksi berusia 30 tahun di Gaza.
"Saya akan membuat video ini tugas sehari-hari untuk ditonton anak-anak saya, dan cucu-cucu saya di masa depan," kata ayah dua anak itu.
Video yang dibuat Israel itu makin berbalik dari tujuan perilisannya saat Yahya Sinwar digambarkan justru 'terbebas' dari fitnah yang selama ini dilontarkan oleh IDF.
Sejauh perburuan selama satu tahun, IDF kerap menggambarkan Yahya Sinwar sebagai pengecut yang cuma berada di terowongan.
Saat berpindah, Sinwar dituding menggunakan sandera Israel sebagai 'tameng manusia' untuk melindunginya dari serangan.
Video detik-detik kematian Yahya Sinwar yang dirilisi Israel sendiri justru membantah tudingan tersebut.
Serangan yang direncanakan Sinwar terhadap komunitas Israel setahun yang lalu menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dengan 253 lainnya diseret kembali ke Gaza sebagai sandera, menurut klaim penghitungan Israel.
Hamas menyebut, serangan berjuluk Banjir Al-Aqsa itu adalah akumulasi dari penindasan Israel terhadap seluruh entitas Palestina, termasuk Masjid Al-Aqsa selama bertahun-tahun.
Perang Israel berikutnya telah menghancurkan Gaza, menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina, dengan 10.000 lainnya yang tewas diperkirakan tergeledah di bawah puing-puing, kata otoritas kesehatan Gaza.
Kata-kata Sinwar sendiri dalam pidato sebelumnya, mengatakan dia lebih baik mati di tangan Israel daripada sebab kematian lain seperti serangan jantung atau kecelakaan mobil, telah berulang kali dibagikan oleh orang-orang Palestina secara online.
“Hadiah terbaik musuh dan pendudukan dapat menawarkan saya adalah membunuh saya dan bahwa saya berpulang sebagai martir di tangan mereka,” katanya.
Alat Rekrutmen
Ulasan di ArabNews menggambarkan video detik-detik kematian Yahya Sinwar menjadi blunder bagi Israel dengan menuliskan, "Sekarang banyak orang Palestina bertanya-tanya apakah Israel justru menyesal mengizinkan pemenuhan keinginan penyiaran video itu untuk disiarkan sebagai alat rekrutmen potensial untuk sebuah organisasi yang telah disumpah untuk dihancurkan."
"Mereka bilang dia bersembunyi di dalam terowongan. Mereka mengatakan dia dikelilingi tahanan Israel di sampingnya untuk menyelamatkan hidupnya. Kemarin kami melihat bahwa dia memburu tentara Israel di Rafah, tempat pendudukan Israel telah beroperasi sejak Mei,” kata Rasha, seorang ibu empat anak, berusia 42 tahun yang terlantar.
“Beginilah cara para pemimpin pergi, dengan senapan di tangan. Saya mendukung Sinwar sebagai pemimpin dan hari ini saya bangga padanya sebagai martir,” tambahnya.
Sebuah jajak pendapat pada bulan September menunjukkan mayoritas warga Gaza berpikir Serangan 7 Oktober adalah keputusan yang salah dan semakin banyak orang Palestina mempertanyakan kesediaan Sinwar untuk melancarkan perang yang telah menyebabkan mereka begitu banyak penderitaan.
Rajab, yang memuji kematian Sinwar sebagai heroik, mengatakan dia tidak mendukung serangan 7 Oktober, percaya bahwa orang-orang Palestina tidak siap untuk perang habis-habisan dengan Israel.
Namun dia mengatakan cara kematian Sinwar “membuat saya bangga sebagai orang Palestina.”
Di Gaza dan Tepi Barat, di mana Hamas juga memiliki dukungan yang signifikan dan di mana pertempuran antara pasukan pendudukan Israel dan Palestina telah meningkat selama setahun terakhir, orang-orang bertanya-tanya apakah kematian Sinwar akan mempercepat perang ke puncaknya.
Di Hebron, sebuah kota di Tepi Barat, Ala’a Hashalmoon mengatakan membunuh Sinwar tidak akan berarti muncul pemimpin yang lebih 'damai'.
“Apa yang bisa saya ketahui adalah bahwa siapa pun yang meninggal, ada seseorang yang menggantikannya (yang) lebih keras kepala,” katanya.
Di Ramallah, Murad Omar, 54, mengatakan sedikit yang akan berubah di lapangan.
“Perang akan terus berlanjut dan tampaknya tidak akan segera berakhir,” katanya.
(oln/an/*)