TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin menggelar simulasi perang, menampilkan peluncuran rudal bertenaga nuklir di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat.
"Mengingat meningkatnya ketegangan geopolitik dan munculnya ancaman dan risiko eksternal baru, penting untuk memiliki pasukan strategis yang modern dan selalu siap digunakan," kata Presiden Vladimir Putin mengutip dari Al Jazeera.
Tak tanggung- tanggung untuk mensukseskan latihan ini, Putih mengatakan bahwa militer Rusia turut melibatkan sejumlah senjata nuklir mencakup peluncuran rudal balistik dan rudal jelajah berkemampuan nuklir.
Adapun rudal-rudal ini diluncurkan dari 3 penjuru Rusia yakni darat, laut, dan udara.
Dimana rudal balistik antarbenua Yars diluncurkan dari Kosmodrom Plesetsk di Rusia barat laut ke Kamchatka, sebuah semenanjung di Timur Jauh.
Sementra rudal balistik Sineva dan Bulava ditembakkan dari kapal selam, dan rudal jelajah diluncurkan dari pesawat pembom strategis.
Peluncuran rudal dalam simulasi perang nuklir turut dibenarkan oleh kementerian pertahanan Rusia.
Mereka menyebut peluncuran rudal besar-besaran oleh pasukan ofensif strategis merupakan respons terhadap serangan nuklir oleh musuh, lantaran persenjataan nuklir Rusia menjadi penjamin kedaulatan dan keamanan negara yang dapat diandalkan.
"Meningkatnya ketegangan geopolitik dan munculnya ancaman serta risiko baru, penting bagi kami untuk memiliki pasukan strategis modern yang selalu siap tempur," tegas Putin.
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin: Timur Tengah Berada di Ambang Perang Skala Penuh
“Oleh karena itu kami tegaskan kembali bahwa Rusia memandang penggunaan senjata nuklir sebagai tindakan ekstrim dan utama untuk menjamin keamanan negara," imbuh Putih
Sebagai informasi, latihan ini merupakan tindak lanjut dari latihan tanggal 18 Oktober lalu di wilayah Tver, barat laut Moskow, yang melibatkan pergerakan lapangan oleh unit yang dilengkapi dengan rudal balistik antarbenua Yars yang mampu menyerang kota-kota AS.
Sejak dimulainya perang, Putin diketahui telah mengirimkan serangkaian sinyal tajam ke Barat, mengubah sikap Rusia terhadap perjanjian nuklir utama dan mengumumkan penempatan rudal nuklir taktis ke negara tetangga Belarus.
Bahkan bulan lalu, pemimpin Kremlin menyetujui perubahan pada doktrin nuklir resmi, memperluas daftar skenario dimana Moskow akan mempertimbangkan penggunaan senjata semacam itu.
Ancaman Perang Dunia 3 di Depan Mata
Merespon latihan nuklir yang digelar, Pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tegas menentang rencana tersebut.
Menurut Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken penggunaan senjata Nuklir merupakan keputusan yang tidak bertanggung jawab.
Blinken bahkan menuduh Putin telah mengguncang "nuclear saber" karena penggunaan senjata Nuklir dapat memicu ancaman serius.
"Itu sama sekali tidak bertanggung jawab," kesal Blinken dalam sebuah wawancara dengan MSNBC.
Sejak menginvasi Ukraina pada tahun 2022, Putin berulang kali memperingatkan risiko perang yang jauh lebih luas yang melibatkan kekuatan nuklir terbesar di dunia, meskipun ia mengatakan Rusia tidak menginginkan konflik dengan sekutu NATO yang dipimpin AS.
Namun apabila eskalasi perang ini terjadi maka ancaman perang dunia ke-3 semakin didepan mata.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)