TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Jamiluddin Ritonga turut menyoroti soal peluang Ganjar Pranowo diusung oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) besutan Partai Golkar, PAN, dan PPP sebagai calon presiden 2024. Jamiluddin menilai, hal tersebut beresiko bagi KIB.
Dirinya beranggapan, jika nantinya KIB tetap mengusung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden maka koalisi tersebut berpotensi ditinggalkan oleh kader masing-masing partainya.
"Keinginan itu akan membuat KIB semakin ditinggalkan kader dari partai masing-masing partai yang berkoalisi," kata Jamiluddin Ritonga dalam keterangan tertulisnya kepada awak media, Jumat (25/11/2022).
Para anggota partai kata Jamiluddin Ritonga, akan kecewa dengan keputusan pimpinan di KIB yang memilih Ganjar Pranowo dibanding mengusung kadernya.
Kalau kekecewaan itu terbentuk di internal kader partai yang tergabung dalam KIB, maka para kader kata dia, akan mencari sosok lain yang layak untuk didukung.
"Gejala itu sudah terlihat di internal PAN dan PPP, yang secara vulgar menyatakan dukungan kepada Anies Baswedan. Mereka ini sudah tidak takut berbeda dukungan dengan elit partainya," tukasnya.
Diketahui, nama Ganjar Pranowo belakangan, disebut berpotensi diusung oleh partai yang tergabung Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Hal itu bahkan terkemuka dari hasil survei beberapa lembaga.
Terbaru, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyebut, jika Partai Golkar menunjuk Ganjar Pranowo jadi calon presiden dari koalisi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) 2024 mendatang, maka hal itu diyakini bakal meningkatkan perolehan suara partai berlogo pohon beringin tersebut.
“Kalau Ganjar Pranowo yang dicalonkan oleh Partai Golkar ada kenaikan perolehan suara yang cukup signifikan dari 11 persen menjadi 17 persen. Itu berarti enam persen Ganjar Pranowo bisa menaikan suara Partai Golkar,” kata Saiful Mujani melaporkan secara daring hasil survei eksperimen SMRC, Kamis (17/11/2022).
Naiknya suara Partai Golkar itu menurut Mujani merupakan perpindahan suara dari partai lain termasuk dari PDIP.
“Mungkin saja selama ini suara PDIP selalu di atas perolehan suara 2019 dalam survei-survei nasional berada di angka 24, 25 hingga 26 persen. Ternyata salah satu unsurnya tidak bisa dipisahkan dari sosok Ganjar Pranowo,” sambungnya.
Bahkan kata dia, jika Ganjar Pranowo pindah ke partai lain pun, basis suara pemilih dari Ganjar juga akan ikut berpindah.
“Jika Ganjar Pranowo pindah ke partai lain suara-suara pemilihnya juga ikut. Jadi kalau Gubernur Jawa Tengah itu dicalonkan oleh Partai Golkar nampaknya bakal menarik pemilihnya untuk pergi ke Golkar dalam hal ini pemilih PDIP,” sambungnya.
Namun, merespons hal tersebut, Ketua DPP Partai Golkar Dave Akbarshah Fikarno menyatakan partainya tetap mengusung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden (capres) pada pilpres 2024.