TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono atau A.M. Hendropriyono dikabarkan masuk dalam jajaran Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud di Pilpres 2024.
Berdasarkan dokumen resmi yang didapat Tribun Network, Hendropriyono menduduki jabatan sebagai Anggota Dewan Penasihat TPN Ganjar-Mahfud.
Dia berada di bawah Puan Maharani sebagai Ketua Dewan Pengarah TPN.
Hendropriyono tercatat bersama 24 nama lain di jajaran Dewan Penasihat TPN Ganjar-Mahfud.
Diantaranya, mantan Kapolri Da'i Bachrtiar, eks politikus senior Partai NasDem Siswono Yudo Husodo, Menkumham Yasonna Laoly, putri Gus Dur Yenny Wahid, mantan Menteri Luar Negeri era Gus Dur Alwi Shihab, tokoh Nahdlatul Ulama K.H Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq hingga eks Menteri Sekretaris Negara era Megawati, Bambang Kesowo.
Dokumen resmi itu juga telah ditanda tangani oleh pasangan capres-cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD pada 24 November 2023.
Tribun Network pun mengkonfirmasi langsung kepada A.M. Hendropriyono soal kabar dirinya masuk dalam jajaran TPN Ganjar-Mahfud.
Dihubungi melalui aplikasi pesan Whatsapp, pada Rabu (29/11), Hendropriyono mengaku baru mengetahui kabar dirinya masuk sebagai Anggota Dewan Penasihat TPN Ganjar-Mahfud dari pemberitaan di media massa.
Dia pun menyebut, sudah tidak layak lagi masuk dalam jajaran pengurus tim pemenangan Capres-Cawapres.
"Saya baru dengar beritanya dan mungkin saya tidak layak lagi karena sudah tua," kata Hendropriyono kepada Tribun Network.
Purnawirawan Jenderal TNI ini mengaku ingin tetap berdiri di tengah kaum kebangsaan. Apalagi, Hendropriyono menyebut, kelompok itu kini berada di dua kubu yakni Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran.
Dia juga manaruh harapan bahwa kelompok kebangsaan itu bisa bersatu untuk memimpin Bangsa.
"Saya ingin tetap berdiri diaspirasi kaum kebangsaan yang kebetulan ada di dua kubu itu, GAMA (Ganjar-Mahfud) dan PRAGIB (Prabowo-Gibran) yang saya harapkan bisa bersatu padu memimpin bangsa kita ini," ucapnya.
Pria kelahiran Yogyakarta 78 tahun lalu ini, mengatakan tak ingin ingin terlibat dalam persaingan antara kaum nasionalis.