News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

CEK FAKTA Bung Karno Pakai Pesawat Bekas saat Perang Irian Barat, Kisah Heroik Versi TNI

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Soekarno menerima Batalyon 454 pada perayaan veteran pembebasan Irian Barat di Istana Negara, 19 Januari 1963. Di belakang Soekarno Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto dan Mayor Untung, komandan Batalyon 454.

Adapun dijelaskan juga, kekuatan AURI (TNI AU) saat itu secara berangsur sebagian besar digeser ke wilayah Indonesia bagian timur untuk operasi dan memperkuat pangkalan sekitar, seperti di Makassar, Morotai, Ambon dan Letfuan/langgur (kepulauan Kai).

Berikut artikel lengkap Puspen TNI berjudul Kisah Heroik Merebut Irian Barat (1):

"Kisah Heroik Merebut Irian Barat (1)
Rabu, 3 Mei 2006

TRI Komando Rakyat ( Trikora ) dikumandangkan oleh Presiden Soekarno dalam sebuah �Apel Besar� di alun-alun utara kota Yogyakarta pada 19 Desember 1961 sebagai reaksi atas sikap Belanda yang secara sepihak telah mendirikan �Dewan Papua� yang bertugas mempersiapkan pembentukan Negara Papua di bawah bayang-bayang Pemerintahan Belanda. Tri Komando Rakyat yang dicanangkan kepada seluruh Rakyat Indonesia tersebut berbunyi : Satu, gagalkan berdirinya “Negara Papua�; dua, kibarkan bendera Merah Putih di seluruh wilayah Irian Barat; tiga bersiap-siap untuk mobilisasi umum.

Sebagai tindak lanjut dari Tri Komando Rakyat tersebut, para perancang strategi perang nasional serta para senior TNI saat itu membuat suatu keputusan yang sangat penting, terutama bagi sejarah perjalanan TNI Angkatan Udara dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara. Berdasarkan pertimbangan dimensi ruang dan waktu, mereka memutuskan bahwa operasi-operasi yang dilancarkan melalui media udara adalah cara yang paling efektif dan menguntungkan. Apalagi pertimbangan dari faktor kekuatan dan kemampuan, penggunaan kekuatan AURI saat itu adalah yang paling memungkinkan karena menjelang dilancarkannya Operasi Trikora, AURI sedang berada di puncak kejayaannya.

Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan, khususnya di Asia Tenggara. Selain pesawat-pesawat bekas berbagai jenis peninggalan Belanda dan Jepang yang jumlahnya tidak kurang dari 300 pesawat, kekuatan AURI juga terus bertambah dengan adanya kontrak pembelian persenjataan militer senilai USD 2,5 miliar dari Rusia dan Polandia dengan persyaratan pembayaran jangka panjang yang tidak terlalu memberatkan Indonesia.

Skuadron-skuadron udara baru pun mulai bermunculan seiring datangnya beratus-ratus pesawat udara baru berbagai jenis dan fungsi serta peralatan militer lainnya dari Rusia dan Polandia, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat latih Jet MIG-15 UTI, 49 pesawat baru sergap MIG-17, 10 pesawat buru sergap MIG-19 dan 2 pesawat buru sergap supersonic MIG-21.

Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan IL-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16B, dan 12 pesawat TL-16 KS yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali (rudal) Air to Surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis AN12B Antonov buatan Rusia dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130B Hercules buatan Amerika serikat. Di samping itu, pesawat-pesawat bekas peninggalan Belanda yang dalam keadaan siap operasi terdapat 8 pesawat pengebom serbu jenis B-25/B-26, 12 pesawat pemburu jenis P-51 Mustang dan 24 pesawat angkut ringan C-47 Dakota. Beberapa unit radar Nysa BC/P-30 buatan Polandia telah terpasang di berbagai lokasi di kepulauan Maluku dalam rangka persiapan perjuangan pembebasan Irian Barat. Kekuatan AURI sedahsyat itu secara berangsur-angsur sebagian besar telah digeser ke wilayah Indonesia bagian timur dalam rangka “prepositioning� dan “prestocking� kekuatan ke pangkalan-pangkalan depan, antara lain Makassar, Morotai Ambon, dan Letfuan/Langgur (Kepulauan Kai).

Operasi Infiltrasi Udara

Tahap awal pembabakan Operasi Trikora adalah operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan pasukan dan sukarelawan pemberani berjiwa Sapta Marga melalui udara, langsung ke jantung daratan Irian Barat. Penerjunan dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut AURI dilakukan tanpa mendapat perlindungan dari pesawat-pesawat tempur kita, tetapi hanya dengan mengandalkan faktor pendadakan. Oleh sebab itu, operasi dilaksanakan pada malam hari.

Tugas-tugas penerjunan pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat-pesawat angkut ringan C-47 Dakota dengan kapasitas 18 penerjun, namun karena keterbatasan kemampuannya, terutama faktor kecepatan dan ketinggian terbang, kadang-kadang sempat dicegat oleh pesawat-pesawat pemburu jenis Neptune milik Belanda dalam penerbangan kembali dari misi penerjunan. Pimpinan AURI ketika itu masih menahan diri tidak menggunakan pesawat-pesawat C-130B Hercules dalam melaksanakan misi penerjunan infiltran ke daerah Irian Barat. Persetujuan Kongres Amerika Serikat memberikan lampu hijau kepada Indonesia untuk membeli 10C-130B Hercules tidak lepas dari kemampuan diplomasi pihak pemerintah Indonesia saat itu. Pihak Indonesia berkilah bahwa penggunaan pesawat Hercules di Indonesia hanya difokuskan bagi kepentingan kemanusiaan, melalui pembangunan daerah, seperti pembangunan infrastruktur, membuka isolasi daerah terpencil sekaligus meningkatkan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Apabila rakyat sejahtera dan makmur, maka faham komunis akan sulit berkembang di Indonesia.

Pada masa itu, segala bentuk dukungan untuk membendung meluasnya pengaruh komunis di muka bumi ini bagi Amerika Serikat merupakan prioritas utama. Maka Indonesia diizinkan membeli pesawat Hercules dengan sebuah klausul yang dicantumkan dalam kontrak pembelian yang menyatakan bahwa pesawat-pesawat Hercules AURI tidak akan digunakan untuk operasi-operasi militer. Akan tetapi, dengan meningkatnya intensitas operasi infiltasi udara ke wilayah Irian Barat, kelihatannya tidak ada pilihan lain bagi pimpinan AURI untuk segera menggunakan pesawat Hercules. Apalagi setelah tertembaknya sebuah pesawat C-47 Dakota AURI (T-4740) yang dipiloti Kapten Udara Djalaludin Tantu dan Co-Pilot Letnan Udara II Sukandar oleh pesawat Neptune Belanda pada saat kembali dari misi penerjunan di sekitar Kaimana. Pesawat T-4740 akhirnya mengadakan pendaratan darurat di air (ditching) di kawasan laut sebelah timur kepulauan Watubela. Seluruh awak pesawat meskipun selamat, tetapi ditawan oleh pihak Belanda.

Para pemikir-pemikir AURI saat itu lalu mendesak Menteri Panglima AURI (Menpangau) untuk segera menggunakan pesawat-pesawat Hercules menggantikan tugas-tugas pesawat C-47 Dakota dengan alasan, daya angkut lebih besar, mobilitas tinggi, serta kemampuan terbang tinggi sehingga tidak terkejar oleh pesawat-pesawat buru sergap lawan.

Operasi infiltrasi udara mencapai puncaknya pada tanggal 13 Agustus 1962 ketika 6 C-130B Hercules yang dibagi dalam 3 flight digerakkan sekaligus dengan sasaran daerah penerjunan yang berbeda. Misi ini berhasil memperlemah kekuatan lawan.

Operasi Trikora (Laman Kostrad)
Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini