Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto, merasa optimis di bawah kepemimpinan calon presiden terpilih Prabowo Subianto, investasi di Indonesia akan semakin moncer.
Hal itu tercermin dari banyaknya pemimpin negara di dunia yang mengucapkan selamat kepada Prabowo sejak awal dinyatakan menang sekali putaran di Pilpres 2024 versi quick count hingga hasil resmi rekapitulasi nasional KPU.
Sehingga hal itu dipercaya dapat meningkatkan kemitraan strategis bagi ekonomi Indonesia.
Menurut Eko, Prabowo memiliki keunggulan dari cara berpikirnya yang global dan strategis sehingga menjadi daya tarik dan membuat para investor tidak ragu menanamkan investasinya ke Indonesia meski di tengah situasi ekonomi global yang lesu.
“Menurut saya sih alirannya akan tetap bagus ya, dugaan saya kenapa pertama dari kondisi globalnya, ekonomi global sebetulnya meredup tetapi Asia itu dilirik banyak negara, dilirik banyak investor. Nah kebetulan juga Pak Prabowo itu kan juga internasional minded kira-kira begitu,” kata Eko dalam keterangannya, Minggu (24/3/2024).
Eko mengatakan, kelak jika Prabowo resmi dilantik menjadi presiden bersama wakilnya Gibran Rakabuming Raka, Prabowo dipercaya mudah meyakinkan investor global dengan ide-ide strategisnya dalam membangun Indonesia maju ke depan yang disampaikan melalui forum-forum internasional.
“Jadi beliau kan juga sering mengisi forum-forum internasional gampang lah kalau misalkan mau menyampaikan hal-hal strategis Indonesia ke dunia internasional,” ucap dia.
“Kalau misalnya Pak Prabowo dalam forum internasional juga sering tampil, sering menyampaikan ide-ide strategis apalagi bisa diartikulasikan langsung, karena saya rasa kemampuan bahasa asing Pak Prabowo bagus sekali itu, ini banget bikin percaya diri investor,” lanjutnya.
Eko mencontohkan Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos alias Bongbong Marcos yang selalu hadir di forum-forum Internasional tanpa diwakili oleh siapapun menjadikan para investor berkeyakinan untuk berinvestasi ke negara tersebut.
“Ini seperti misalnya di Filipina juga presidennya kan kalau ada forum-forum dia sendiri itu yang langsung ngomong kayak kemarin di Asean, di Australia itu dia sendiri yang ngomong. Jadi level of confidence-nya juga bisa dilihat dari kepala negaranya menyampaikan apa secara langsung tanpa textbook, kadang-kadang kan itu ada faktor X yang bisa mendorong investor itu lebih senang lagi,” ujarnya.
Eko menilai, tentunya untuk dapat menaikkan investasi yang masuk ke Indonesia secara deras, pemerintah Prabowo-Gibran juga harus menekan angka indeks Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia di bawah angka pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini yakni sebesar 5 persen.
“Tentu usaha Pak Prabowo agar investasi terus mengalir bahkan lebih deras kalau ICOR kita harus lebih diredupkan, ini sudah angkanya sudah 6,7 persen tinggi sekali, harus dikembalikan setidaknya 4 persen lah jangan ini jangan sampai lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi ICOR nya,” katanya.
“Nah itu yang saya rasa untuk teknisnya pak Prabowo juga sudah paham tinggal bagaimana memastikan bahwa di periode dia bahwa ICOR itu sumbernya adalah inefisiensi salah satunya birokrasi di dalamnya ada korupsi di situ,” pungkasnya.