“Kalau ayam kampung, lebih sedap dan lebih sehat," ucapnya.
Bella terjun langsung dalam meracik bahan dan masakan gudeg.
Dia memulai aktivitas pukul 02.00 WIB dini hari.
Dulu, ayahnya memulai berjualan gudeg dari nol, dari gerobak, hingga sekarang punya warung di Jalan Supriyadi, Purwokerto Timur.
"Sempat jualan mie ayam, siomay, di gudeg yang mungkin rezekinya di sini," katanya.
Ia mengatakan, penjualan rata-rata dalam sehari 300-500 porsi gudeg.
"Rekor, pernah 1.000 porsi. Sudah dua kali pesanan sebanyak itu," kata Bella bangga.
"Itu tidak tidur. Mulai memasak pukul 23.00 WIB malam, pukul 03.00 WIB sudah harus packing," ungkapnya.
Satu yang ia pelajari dari mengelola bisnis gudeg adalah menempatkan pelanggan bukan hanya sebagai pembeli.
Dia melayani pelanggan seperti keluarga, baik secara komunikasi maupun perlakuan.
Kini, Bella, punya mimpi besar atas usaha keluarga itu.
Dia ingin bisa membuka cabang lagi di luar Banyumas.
Soal itu, dia tengah mempersiapkan membuka cabang di Purbalingga.(Tribunnews.com/TribunBanyumas/Permata Putra Sejati)
ARTIKEL INI JUGA TAYANG DI ;
Baca Selanjutnya: Dari gerobag hingga punya cabang usaha gudeng kering pak bimo kini jadi ikon kuliner purwokerto