Selain itu, laporan kurang mendapat dukungan sound atau efek suara yang bisa menciptakan "teather of mind" sebagaimana diharapkan muncul dalam feature radio. Klip-klip wawancara juga terkesan datar.
“Tidak ada karya yang memiliki nilai sangat menonjol, Juga tidak ada yang mendapat nilai sangat rendah. Tetapi karya yang diapresiasi adalah karya terbaik dalam memilih tema dan melakukan penggalian data di lapangan,” katanya.
Karya radio ini mampu mengangkat cerita perjuangan seorang bidan di pedalaman Banten secara lebih hidup, dengan cara mengikuti langsung aktivitas bidan tersebut. Reportase juga telah menggambarkan masalah yang sebenarnya sangat besar, tentang lemahnya sistem jaminan kesehatan di negeri ini.
Juri untuk kategori foto, Arbain Rambey mengatakan secara umum kualitas karya foto yang mengikuti Apresiasi Jurnalis Jakarta 2013 sudah bagus. Namun masih kalah kualitasnya dibandingkan karya foto yang masuk 5-6 tahun lalu untuk lomba yang sama.
Secara umum, ia memberi nilai untuk mutu karya foto peserta lomba ini. Begitu juga kemampuan memberi narasi dinilai cukup baik. Hanya saja karya foto yang ikut kegiatan ini masih rendah untuk penilaian mutu materi. Sebab obyek gambar yang diambil diantaranya banjir, kemacetan jakarta dinilai sudah cukup umum.
“Kemampuan fotografi mereka sudah cukup baik, meskipun belajar secara otodidak. Hanya saja obyek gambar yang diambil masih umum. Mungkin mereka para fotografer tidak mempunyai waktu khusus untuk hunting obyek yang bagus, sebab kemampuan mencari obyek gambar yang bagus itu butuh kejelian,” kata Arbain Rambey. Ia menilai internet telah mempengaruhi kualitas karya fotografer sehingga hanya ingin mengambil obyek yang umum. Ia berharap kegiatan ini tetap berlangsung dan publikasinya lebih luas lagi menyentuh fotografer di Jakarta.
“Harapannya publikasi lebih luas, sehingga pesertanya bisa lebih banyak. Ini banyak fotografer yang ngumpet dan tidak mengirimkan karyanya,” kata Arbain.
Eddy Suprapto, juri untuk kategori televisi menilai puluhan karya yang yang mengikuti AJJ 2013 secara kualitas sangat baik. Kriteria penilaian ditekankan pada teknik pengambilan visual, keberimbangan narasumber, narasi, topik serta background ilustrasi musik.
“Karya terbaik yang diapresiasi memiliki kekuatan audio dan visual yang baik, mampu membedakan teknik pengambilan visual malam dan pagi hari, serta mampu mengoptimalkan kamera tersembunyi secara proporsional,” katanya.
Kelebihan dari karya yang diapresiasi tersebut, kata dia, juga menyajikan narasumber yang lengkap yang mampu membangun ide serta topik yang disajikan, serta memiliki pesan yang kuat. Selain itu narasi dan ilustrasi musiknya sesuai dengan tema.
AJI Jakarta berharap Apresias Jurnalis Jakarta ini akan mendorong para jurnalis dan media untuk meningkatkan kualitas karya jurnalistiknya dan memiliki dampak yang positif bagi publik.