Ernest menegaskan, setelah sebelumnya gagal dalam narasihutang, kali ini melalui Ketua Umum dan Wakil Ketua Umumnya, Gerindra mengalihkan wacananya pada informasi yang diperoleh dari negara asing.
Padahal, lanjut Ernest, Gerindra dikenal sering menyuarakan narasi anti-asing.
"Tidak masuk akal bila Gerindra mengakui validitas dan kredibilitas laporan negara asing tersebut. Alih-alih ingin membakar semangat kadernya, penggunaan informasi asing di muka mimbar ini justru dapat membuat publik bertanya-tanya tentang konsistensi Gerindra terhadap wacana 'anti-asing' yang sering mereka suarakan," sindir Ernest.
Apalagi sang Ketua Umum, Prabowo Subianto, lanjut Ernest lagi, yang ingin maju pada pilpres mendatang.
Gerindra, tegas Ernest pada Rabu (21/3/2018), ingin menggunakan strategi politik,seolah-olah dihadapkan pada musuh yang sebenarnya tidak ada.
"Langkah Gerindra dengan narasi informasi yang diperoleh dari negara asing dinilai kurang tepat. Karena musuh terbesar kita hari ini adalah politisi yang menghalalkan segala cara termasuk korupsi dan sentimen SARA," Ernest menegaskan kembali.
4. Ketua Umum Partai Hanura, Oesman Sapta Odang
Berbeda dengan pendapat Prabowo, menurut Oesman, Indonesia tak akan pernah bubar sampai kapan pun.
"Enggak. Mana mungkin Indonesia bisa bubar. Sampai kiamat Indonesia enggak bubar," kata Oesman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
Ia meyakini Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan tidak bisa dibubarkan lantaran memiliki semangat persatuan yang kuat.
Oesman pun meminta semua pihak menjaga ucapannya, apalagi terkait keberlangsungan dan eksistensi Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan.
"Saya enggak mau campuri urusan Prabowo, tapi bahwa Indonesia enggak bisa bubar. Itu ya. NKRI enggak bisa bubar. Agar semua jaga mulut baik-baik ya. Siapa saja orangnya. Kenapa? Mulutmu harimaumu," kata Oesman lagi.
(Tribunnews.com/ Bobby Wiratama)