Termasuk di iTunes, Joox, Apple Music, Deezer dan layanan streaming Spotify. Resep album tersebut adalah 7 lagu dengan nuansa orchestra atau live chamber. Dan sisanya music EDM Pop ringan. Yang terjadi, sambutan pasar millenials adalah lagu dengan kemasan ringan.
Lagu “Jika” yang dulu popular di bibir Melly & Ari Laso, kini popular lagi dinyanyikan ulang Hedi Yunus duet with singer 23 tahun, Sara Fajira. “Dalam beberapa hari streaming Listenernya sudah nyaris 50 ribu.
Sementara lagu yang dikemas dengan live chamber oleh Tohpati “Sebatas Mimpi” baru hampir menapak 5 ribu Listener.
Namun hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap meramu music orchestra nan elegan. “Usia dengarnya bisa lebih abadi. Karena tentu saja harmoninya lebih lebar dan menancap di hati,” ungkap Seno lagi.
Inilah the way of thinking nya menghadapi era Musik Digital. Termasuk menyiasati pendistribusian, packaging artist hingga pilihan lagu dan music, sehingga keberadaan Target Pop tetap terjaga. Yakni, ikut berperanserta melestarikan musik dan Musisi legenda Indonesia. Dan terus ‘belajar’ memproduksi dan melebur dengan taste music millenials.
Naratama menjelaskan meski industri musik fisik terjun bebas tapi peluang bisnis musik digital terbuka lebar. "Buktinya, efek band Rumah Kaca tanpa harus promosi, tanpa harus berbahasa inggris bisa
menembus pasar AS, musik Indonesia bisa masuk," ujar Naratama.
Musisi Indonesia mestinya meniru musisi Korea Selatan, yang berhasil masuk ke pasar Amerika hingga dunia tetap dengan nuansa dan bahasa Korea. "Musik dengan jati dirinya, jangan justru bawa bahasa dan budaya mereka. Nggak kemakan, buktinya penyanyi Korea dengan bahasa Korea nya justru menjadi perhatian dunia," papar Naratama, Produser Voice Of America, New York.