"Jadi, terjadi semacam kegalauan atas demokrasi karena yang tidak menggunakan sistem tersebut ekonominya melompat (lebih maju)."
"Vietnam misalnya, sosialis kondisinya ekonominya melompat," tutur Tito.
Selain itu, dia juga mencontohkan Thailand yang mana saat ini junta militer mengambil alih sistem demokrasi.
"Supremasi sipil (di Thailand) diambil alih jadi junta militer dan ekonominya jalan. Juga di tempat lain Mesir yang tadinya diterapkan demokrasi, berantakan diambil oleh militer juga, " papar Tito.
Dirinya kembali menyinggung China yang mengalami kemajuan ekonomi pesat meski tidak menganut demokrasi.
"Di China hanya satu partai. Non-demokrasi, itu melompat ekonominya," ungkapnya.
Bahkan saat ini, lanjut Tito, ekonomi China mulai melampaui Amerika Serikat hanya dalam waktu 20 tahun.
Padahal, pada masa lalu banyak pihak yang meragukan negara Tirai Bambu itu.
Sejalan dengan kondisi ekonomi yang semakin baik, menurut Tito, tata kelola lingkungan di China juga semakin bagus.
Hal ini, kata dia, dilihat dari perkembangan tata kota China yang membaik.
"Tahun 1998 saya masih ingat, saya kebetulan (menempuh pendidikan) Sesko di Australia saat itu, dan sedang studi banding ke China."
"Saat itu Kota Beijing dan Kota Shanghai masih banyak yang naik sepeda," ungkap Tito.
"(Saat itu) dibandingkan dengan Jakarta, Beijing (dan Shanghai) kayak kampung."
"Rumah-rumah kumuh, sungai kotor dan hitam banyak di mana-mana. Sepeda masih di jalan-jalan," lanjut Tito.