Ia menegaskan, atap kaca tersebut dibuat oleh perempuan itu sendiri.
"Seperti yang disampaikan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, it's our own perception," kata Sri Mulyani yang Tribunnews kutip melalui tayangan YouTube Kompas TV.
Hal tersebut lantaran, perempuan merasa ada banyak sekali halangan yang diciptakan.
Halangan tersebut menurut Sri Mulyani seringkali terjadi karena adanya konstruksi sosial, konstruksi budaya, konstruksi agama, dan konstruksi keluarga.
Secara konstitusional, Sri Mulyani menambahkan perempuan memiliki hak persamaan atas kesempatan.
"Namun, pada saat perempuan dididik, mulai di perut, kemudian waktu besar. Tidak semua keluarga memperlakukan anak-anak perempuan dan laki sama," katanya.
Ia menambahkan, banyak kalangan di masyarakat yang memperlakukan anak-anak perempuan selalu di bawah desain konstruksi patriarki.
"Atau, karena ibunya menempatkan diri sebagai konco wingking, kemudian tertular kepada anaknya waktu dia memperlakukan anak laki dan perempuan," tambah Sri Mulyani.
"Kalau ada kesempatan anak laki-laki dikasih duluan, kalau ada makanan enak, anaknya duluan. Kalau ekonomi keluarga pas-pasan, yang harus terus sekolah laki-laki bukan yang perempuan," katanya.
Hal tersebut merupakan konstruksi sosial keluarga, dan kultural yang menyebabkan banyak perempuan di Indonesia merasakan beban lebih besar.
Megawati Soekarnoputri Berbicara tentang Perempuan Indonesia
Megawati Soekarnoputri memberikan pidato di acara Seminar Nasional Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Minggu (22/12/2019).
Seminar tersebut digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu.
Presiden kelima Indonesia itu mengakui di Indonesia banyak sekali perempuan hebat.