Pelajaran berhitung adalah yang paling disukai Sujiatmi.
Ia selalu merindukan kehadiran gurunya dan berusaha menjadi yang pertama mengacungkan jarinya untuk mengerjakan soal-soal hitungan di depan kelas.
Kelak, kemampuan berhitung ini menjadi kelebihan Sujiatmi dalam membantu suaminya membangun usaha.
Sang suami, Widjiatno adalah kawan sepermainan Mulyono, kakak Sujiatmi, yang tiga tahun lebih tua darinya.
Ketika bertemu dengannya, Widjiatno di bangku SMA, sedangkan ia di SMP.
Widjiatno, yang ketika dewasa mengubah nama menjadi Notomiharjo, tinggal bersama kakek-neneknya di Dusun Klelesan, masih tetangga Gumukrejo.
Orangtua Notomiharjo tinggal di Desa Kranggan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sekitar 25 km dari Boyolali.
Sujiatmi dan Notomiharjo menikah di usia muda, pada 23 Agustus 1959.
Meski usianya masih muda, Sujiatmi dan Notomiharjo sudah dilibatkan dalam usaha kayu ayahnya.
Ketika itu, ayahnya sudah membuka usaha di Srambatan, Solo.
Ketika usahanya berkembang, dan ayahnya sudah mampu membangun rumah di Solo, seluruh keluarga pun boyongan ke Solo.
Masih dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, Jokowi dan adik-adiknya sangat patuh terhadap ibundanya, Sujiatmi.
Sujiatmi tak pernah sekali pun memberi hukuman fisik pada keempat anaknya.
Sosok Sujiatmi juga dikenal dekat dengan keempat anaknya.
Bahkan kepada Sujiatmi jugalah Jokowi dan adik-adiknya biasa berkeluh kesah.