Pasalnya, sampai saat ini konflik internal antar junior dengan senior masih terasa sampai saat ini di dalam partai Demokrat, baik itu datang dari Cikeas maupun dari kubu lain.
Masih kata Purwo, apabila partai Demokrat benar-benar menjadi wadah demokrasi, menurutnya pembaharuan radikal seperti saat ini lah yang bisa menyelamatkan partai yang berdiri sejak 2001 itu.
"Syukur-syukur bisa menjadi basis konsolidasi ke depan. Jadi jebloknya Demokrat saat ini harus disyukuri. Karena kalau dekat dengan pemilu tidak bisa dibenahi," selorohnya.
Artinya, momen jebloknya partai Demokrat saat ini menurut Purwo menjadi momen yang pas untuk arah demokrat ke depan.
"Kalau momennya untuk sakit hati, ya sakit hati tenan. Tapi kalau untuk memperbaiki krisis ini momen yang pas," terang Purwo.
Lalu bagaimana dengan kader-kader yang berada di daerah khususnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta?
Menurut Purwo, momen jebloknya Demokrat saat ini justru menjadi peluang kader yang berada di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) untuk bersuara.
Namun demikian, dirinya belum mengetahui sistem di partai Demokrat seperti apa.
"Justru ini saatnya yang di bawah bersuara. Kalau Demokrat strukturnya mengakar ke bawah, dan justru suara di bawah itu harus berpikir ulang untuk konsolidasi. Karena pimpinan itu harusnya mewadahi bukan memonopoli," tegas dia.
Tak Sekuat PDIP
Variabel keretakan partai Demokrat menurut Purwo lantaran laju pertumbuhan partai terlalu cepat sementara akar kepemimpinan tidak begitu kuat.
Sehingga apabila saat ini muncul kudeta terhadap ketua umum partai, itu sangat wajar terjadi.
Jika disajikan head to head dengan Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP), partai Demokrat sangat tertinggal jauh dalam menyusun dinasti politik.
Salah satu faktornya antara lain kematangan SBY dengan putra mahkota Agus Harimurti Yudhoyono tak sebanding dengan Soekarno dan Megawati.