6. Hari Penampahan
Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari Selasa Wage wuku Dungulan.
Umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor, yang dibuat dari batang bambu melengkung yang diisi hiasan.
Selain membuat penjor, umat Hindu juga menyembelih babi yang dagingnya akan digunakan sebagai pelengkap upacara.
Kepercayaan masyarakat Bali pada umumnya, pada hari Penampahan ini para leluhur akan mendatangi sanak keturunannya yang ada di dunia.
Sehingga, masyarakat membuat suguhan khusus yang ditujukkan kepada leluhur yang “menyinggahi” mereka di rumahnya masing-masing.
7. Hari Raya Galungan
Upacara Galungan dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing hingga ke Pura sekitar lingkungan.
Bagi umat Hindu yang memiliki anggota keluarga yang masih berstatus Makingsan di Pertiwi (mapendem/dikubur), maka ia wajib membawakan banten ke kuburan dengan istilah Mamunjung ka Setra Kuburan.
8. Hari Umanis Galungan
Pada umanis Galungan, umat Hindu akan melaksanakan persembahyangan, yang dilanjutkan dengan Dharma Santi dan saling mengunjungi sanak saudara.
Anak-anak akan melakukan tradisi Ngelawang pada hari Umanis Galungan.
Ngelawang adalah sebuah tradisi, di mana anak-anak akan menarikan barong disertai gambelan dari pintu rumah penduduk satu ke yang lainnya (lawang ke lawang).
Penduduk yang mempunyai rumah tersebut akan keluar sambil membawa canang dan sesari/uang.
Penduduk percaya, dengan tarian barong ini dapat mengusir segala aura negatif dan mendatangkan aura positif.
Umanis Galungan jatuh pada hari Kamis Umanis wuku Dungulan.
9. Hari Pemaridan Guru
Pemaridan Guru berasal dari kata Marid dan Guru.
Memarid sama artinya dengan ngelungsur/nyurud (memohon), dan Guru adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Hari Pemaridan Guru adalah hari nyurud/ngelungsur waranugraha dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa Guru.
Pemaridan Guru dirayakan pada Sabtu Pon wuku Galungan.
Baca juga: Rangkaian Acara yang Dilaksanakan Umat Hindu Sebelum dan Saat Nyepi, Ini Penjelasannya
10. Ulihan
Kata Ulihan artinya pulang/kembali.
Dalam konteks ini yang dimaksud adalah hari kembalinya para dewata-dewati/leluhur ke kahyangan dengan meninggalkan berkat dan anugrah panjang umur.
Ulihan dirayakan pada Minggu Wage wuku Kuningan.
11. Hari Pemacekan Agung
Pemacekan berasal dari kata pacek yang artinya tekek atau tegar, dalam bahasa Bali.
Makna pemacekan agung adalah sebagai simbol keteguhan iman umat manusia atas segala godaan selama perayaan hari Galungan.
Hari Pemacekan Agung dirayakan pada Senin Kliwon wuku Kuningan.
12. Hari Kuningan
Hari Suci Kuningan dirayakan dengan cara memasang tamiang, kolem, dan endong.
- Tamiang adalah simbol senjata Dewa Wisnu karena menyerupai Cakra
- Kolem adalah simbol senjata Dewa Mahadewa
- Endong tersebut adalah simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh Para Dewata dan Leluhur umat Hindu saat berperang melawan adharma.
Tamiang kolem dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran, sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran.
Selain penggunaan warna kuning, keunikan hari raya Kuningan adalah persembahyangan harus sudah selesai sebelum jam 12 siang.
Menurut kepercayaan Hindu, persembahan dan persembahyangan setelah jam 12 siang hanya akan diterima Bhuta dan Kala, karena para Dewata semuanya telah kembali ke Kahyangan.
13. Hari Pegat Wakan
Hari Pegat Wakan adalah runtutan terakhir dari perayaan Galungan dan Kuningan.
Pegat Wakan dilaksanakan dengan cara melakukan persembahyangan, dan mencabut penjor yang telah dibuat pada hari Penampahan.
Penjor tersebut dibakar dan abunya ditanam di pekarangan rumah.
Pegat Wakan jatuh pada hari Rabu Kliwon wuku Pahang, sebulan setelah galungan.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Galungan