Ada yang disenangi oligarki karena penakut, ada yang tidak disenangi oligarki karena berani tegas. Sebagai sebuah partai tentu nama-nama tersebut harus beredar di kader PKS. Dari DPP sampai masyarakat kita akar rumput.
Baca juga: Sederet Tokoh Masuk Bursa Capres di PKS: Ganjar, Erick Thohir, Khofifah Hingga Anies Baswedan
PKS sendiri gimana, dulu kita punya sembilan nama tetapi sudah dipakai lagi.
Sekarang kita presisinya ke Dr Salim Segaf Al-Jufri sebagai Ketua Majelis Syuro PKS kita lihat sampai Juli ini apakah nanjak penokohannya. Kalau tidak kita siap dengan siapa saja.
Buat kami PKS tidak harus jadi Presiden dan Wapres, sadar diri kita cuma 50 persen tapi PKS harus mengusung capres pemenang.
Kita harus ada di dalam, capek kita di luar lagi maksudnya supaya kita bisa membangun bangsa.
PKS punya pengalaman 10 tahun di dalam, 10 tahun di luar, bisa dijelaskan enak dan tidak enaknya?
Kami dua periode ada di dalam era SBY. Buat kami di dalam maupun diluar tetap perjuangan. Kita diluar bukan berarti hina justru lebih enjoy sebagai kontrol check and balance kepada negara dan pemerintah.
Saat di dalam kita juga termasuk paling keras kritis tetapi capek juga ditegor terus.
Masalahnya perlu ada kebersamaan ketika ada di dalam. Di luar kita juga kalau memang baik kebijakan Pak Jokowi kita atensi tapi kalau sebaliknya kita duduk mengkritisi.
Apa betul PKS pantas disebut sebagai partai oposisi?
Memang kalau dikatakan oposisi tidak itu kan sistem parlementer. Intinya kita memberikan semacam masukan atau kontrol check and balance.
Bayangkan kalau kemarin Pak Jokowi tidak ada orang di luar kaya apa negara ini. Layak tidak menjadi sebuah negara demokrasi.
Orang-orang negara lain akan kaget melihat kita. PKS ini yang mewarnai demokrasi kita. Kita pengin bikin demokrasi negara ini nyaman jangan tegang, menakutkan. Saya pikir harus jadi perhatian kita.
Bagaimana Habib Aboe Bakar melihat munculnya fenomena KIB?