News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Elektabilitas Pasangan Airlangga-Zulkifli Hasan Hanya 1,4 % , Pengamat Sebut KIB Tidak Efektif

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jajaran petinggi Golkar, PAN, dan PPP dalam Silaturahmi Nasional (Silatnas) Koalisi Indonesia Bersatu di Pelataran, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Koalisi ini disebut-sebut akan mengusulkan duet Airlangga Hartarto-Zulkifli Hasan di Pilpres 2024.

Jika Prabowo disimulasikan berpasangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar maka pasangan ini hanya mendulang 48,1 persen dari pemilih Gerindra dan 16,6 persen dari pemilih PKB.

Pemilih keduanya justru menyumbangkan suaranya pada simulasi pasangan Anies Baswedan - Ridwan Kamil dan pasangan Ganjar Pranowo-Erick Thohir.

Analisis Pengamat

Menurut analis politik sekaligus CEO dan pendiri Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi, hal itu membuktikan bahwa pembentukan koalisi secara dini memang belum efektif dalam menaikan magnet elektoral di mata para pemilihnya.

“Ini artinya secara preferensi politik, para pemilih di basis partai-partai anggota koalisi tersebut tidak terlalu mengenal para elit partainya, atau mungkin mengenal tapi tidak menyukai padu-padan kandidasinya alias pasangan dari elit partai pilihan mereka,” tutur Pangi Syarwi saat dikonfirmasi, Senin (25/7/2022).

Dia mengatakan bisa jadi secara identifikasi party-ID atau derajat kedekatan para pemilih partai anggota KIB dengan partai masing-masing kuat namun mereka “jauh” atau tidak terlalu mengenal figur elite atau ketua umum dari partai lainnya yang berkoalisi dengan partai pilihannya.

“Pemilih Golkar mungkin merasa dekat dan mengenal Airlangga, tapi bisa jadi mereka tidak terlalu mengenal atau menyukai Zulkifli Hasan. Begitu juga pemilih PAN yang rujukannya Zulkifli tapi tidak mau dia jadi cawapres atau berpasangan dengan Airlangga.

Bahkan PPP yang tidak mendapatkan kuota capres atau cawapres, pemilihnya sama sekali tidak mau memberikan suaranya pada pasangan dari koalisinya tersebut,” ujar Pangi.

Fenomena ini, lanjutnya, memperlihatkan bahwa memang pembentukan dan pengumuman koalisi partai secara dini tidak sepenuhnya efektif untuk menarik suara di tingkat akar rumput.

Faktor pengenalan terhadap figur kandidat mengungguli persoalan ideologi dan party-ID.

“Bisa jadi menarik bagi kalangan elite partai namun tidak berdampak secara elektoral pada para pemilih riil alias di tingkat akar rumputnya. Persoalan lebih kuatnya identifikasi para pemilih loyal partai pada figur kandidat daripada kepada ideologi atau partai-ID menjadi kuncinya,” kata Pangi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini