Sugianto merasa berat memberikan izin pada sang anak untuk menonton pertandingan tersebut di stadion.
Kendati demikian, ia juga tak mau melihat sang anak malah menjadi murung karena dilarang menonton dan bermain bersama teman-temannya.
Hingga kabar tak mengenakkan diterimanya semalam.
Sejumlah teman anaknya memberikan kabar bahwa M Nizamudin hilang dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang.
"Saya tahu dari teman-temannya yang ngajak pada Sabtu sore itu. Banyak temannya sekitar 10 orang, datang ke rumah," ungkapnya.
Sebelum akhirnya diketahui jika sang anak menjadi korban dalam kerusuhan tersebut.
Sugianto mengungkapkan, dirinya terakhir kali berkomunikasi dengan sang anak pada sekitar pukul 18.00 WIB, atau dua jam sebelum pertandingan yang dimulai pukul 20.00 WIB.
Ia sempat menelepon nomor ponsel sang anak, namun tak direspons. Meskipun, tak lama kemudian, sang anak sempat membalasnya melalui pesan WhatsApp (WA). Sugianto tak menyangka, pesan WA tersebut, menjadi kalimat terakhir dari sang anak, sebelum tewas.
Baca juga: Surat Balasan LIB & Polres Malang Minta Jadwal Arema vs Persebaya Dimajukan Demi Keamanan
"Terakhir komunikasi waktu pertandingan, hampir pertandingan. Sempat saya telepon, tapi enggak angkat.
Cuma dia WA 'ada apa pak?' Setelah itu gak ada kontak lagi, sampai pagi tadi jadi mayat," pungkasnya.
Kepala Desa (Kades) Karang Pandan, Ahmad Yunus, mengatakan, pukul 14.25 WIB, mobil jenazah yang mengangkut M Nizamudin, hampir tiba di rumah duka yang berlokasi di Karang Pandan, Rejoso, Pasuruan.
"Ini jenazah sudah dibawa menuju rumah duka, terima kasih," ungkap Yunus saat dikonfirmasi TribunJatim.com. (Surya/Tribun Jatim)