Namun, dikatakan Benny, mereka tak melayangkan kritik dan pandangan mereka, tetapi lebih kepada mendelegitimasi pemerintahan
"Lihat cara-cara yang mereka lakukan selama ini upaya untuk mendelegitimasi menjatuhkan pemerintahan, selalu dengan pola yang sama: penyebaran kebencian, fitnah, adu domba antarsuku dan agama, berita-berita hoaks bahkan penghinaan dan pencemaran terhadap simbol-simbol negara, presiden, ibu negara terakhir," kata Benny.
Menurutnya, hal ini seperti ini terus berulang dan menjadi mesin yang mematikan dan terus diproduksi, yang menurutnya bersumber pada dendam politik yang diformalinkan pasca-Pilpres 2019.
"Jadi istilah formalin itu ya karena diformalin jadi awet padahal ekspektasi publik rakyat termasuk kami, dengan bergabungnya Prabowo dan Sandi udah selesai tentang rivalitas, kontestasi demokrasi pilpres, bangun bangsa ini bersama-sama baik pendukung jokowi maupun bukan," kata dia.
Karena dasar itulah, dirinya menilai perlu disampaikan kepada Presiden Jokowi bagaimana pandangan para relawan.
"Masa rakyat Indonesia mayoritas tidak boleh marah? Pasti marahlah. Mereka akan lebih berpikir tentang eksistensi dan keutuhan bangsa mereka dan kami pasti berpikir tentang perjalanan bangsa," kata dia
"Pak Jokowi bisa berakhir 2024, tapi bangsa ini harus terus berjalan siapapun pemimpinnya nanti. Cara pandang kami kan masa depan, visioner," tandasnya.