TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keamanan siber saat ini menjadi tren di lingkungan institusi dan aparat penegak hukum.
Tak terkecuali TNI AL. Keamanan siber harus dikuasai dan ditingkatkan dengan baik agar data-data yang rahasia tidak bocor.
Dalam keterangannya Senin (5/12/2012), pakar keamanan siber Pratama Persadha mengungkapkan dalam perang modern, maka keamanan siber berubah menjadi pertahanan siber guna menangkal dan mengatasi kejahatan siber atau serangan siber.
Pertahanan siber sangat penting untuk mengamankan berbagai infrastruktur TNI AL.
Jika sistem listrik dan jaringan komputer lumpuh, maka komunikasi juga terputus.
Sistem deteksi dan sistem senjata juga lumpuh.
"Kita bisa lihat sepanjang 2 tahun terakhir bagaimana Kementrian dan Lembaga Negara menjadi target peretasan dan mengalami kebocoran data yang luar biasa. Kita bisa lihat juga bagaimana fenomena Bjorka telah menarik perhatian masyarakat. Artinya isu keamanan siber saat ini benar-benar bukan isu yang dipahami dan diikuti oleh Sebagian orang saja," kata Ketua Lembaga Riset Siber Indonesia CISSREC (Communication and Information System Security Research Center) itu.
Menurut Pratama, bila bicara soal pertahanan siber di lingkungan TNI misalnya, ada perkembangan cukup serius. Perang Rusia Ukraina telah membuka mata dunia, bahwa perang konvensional telah bergeser menjadi perang hybrida yang memaksa setiap aktor pertahanan di dunia untuk punya kapabilitas pertahanan dan serangan siber.
Baca juga: Pengamat Intelijen: Laksamana Madya Amarulla Octavian Bisa jadi Kandidat KSAL yang Baru
"Tak terkecuali TNI AL, yang merupakan garda pertahanan laut terdepan Indonesia. Kapabilitas siber sangat dibutuhkan untuk menghadapi berbagai ancaman siber global. Karena itu dibutuhkan komandan atau panglima yang menguasai teknologi siber, maka banyak negara sudah memilih pimpinan militernya dengan pertimbangan kemampuannya menguasai teknologi siber. Bahkan sekolah-sekolah militer di dunia juga berlomba untuk mendidik para prajuritnya dalam perang siber," papar pria asal Cepu, Jawa Tengah ini.
Pratama mengemukakan, sudah saatnya TNI AL dipimpin oleh Kasal yang menguasai masalah siber. Laksdya TNI Amarulla Octavian adalah salah satu calon Kasal yang diketahui memiliki kemampuan siber.
Sebagai Rektor Unhan, beliau sudah membentuk program studi S2 baru, yakni Rekayasa Pertahanan Siber. Tidak tanggung-tanggung, program studi ini langsung dijadikan kelas internasional karena menggunakan kurikulum internasional.
"Ini momentum tepat terutama bagi beliau untuk membuktikan bahwa pertahanan siber sangat mungkin dan bisa diimplementasikan di TNI AL. Kemampuan tempur TNI AL yang dilengkapi dengan kapabilitas pertahanan siber, akan sangat dibutuhkan saat ini. Kita bisa lihat bagaimana suasana hangat Kawasan Asia Tenggara dengan adanya ancaman konflik Tiongkok dan negara sekutu AS, Inggris dan Australia. Indonesia harus bersiap salah satunya dengan TNI AL yang punya kapabilitas pertahanan siber yang mumpuni," tuturnya.