News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

HNW : Menyongsong Indonesia Emas Pemuda Harus Segera Tampil Konstruktif, Artikulatif, dan Visioner

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hidayat Nur Wahid saat bertemu Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Al Washliyah (PP GPA) di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Lantai 9, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (6/3/2023).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid, berharap Gerakan Pemuda Al Washliyah dapat melanjutkan peran pemuda pada tahun 1920-an hingga sukses hadirkan Indonesia merdeka.

Menyongsong Indonesia Emas 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, GP Al Washliyah harus segera tampil dengan konstruktif, artikulatif, dan visioner, serta bisa berkolaborasi dengan pemuda-pemuda dari ormas kepemudaan dan kampus, sehingga menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa yang mencerahkan masa depan generasi muda Indonesia.

Harapan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid dalam pertemuan dengan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Al Washliyah (PP GPA) di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Lantai 9, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (6/3/2023).

Kedatangan delegasi PP GPA dipimpin Ketua Umum Aminullah Siagian, didampingi Dewan Pertimbangan Wizdan Fauran Lubis, dan pengurus lainnya, selain mengundang Hidayat Nur Wahid untuk menghadiri pelantikan PP GPA yang akan diselenggarakan pada 20 Maret 2023, sekaligus memohon kesediaan untuk duduk di Dewan Penasihat PP GPA.

HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid, mengungkapkan bahwa pemuda sekarang ini sangat penting untuk menjadi bagian yang melanjutkan peran mensejarah kaum muda pada tahun 1920-an. Istilah Indonesia pertama kali muncul tahun 1920-an oleh Perhimpunan Indonesia di Belanda dengan tokoh Mohammad Hatta dan kawan-kawan.

Di Timur Tengah, Kahar Muzakir, mahasiswa Indonesia di Universitas Al Azhar Mesir, membuat tulisan dalam bahasa Arab untuk menyebarkan informasi di media-media Arab tentang perjuangan bangsa Indonesia. Antara lain karena informasi-informasi tersebut, negara-negara di Timur Tengah menjadi negara-negara yang paling awal mengakui Indonesia merdeka.

Sementara di Indonesia ada tokoh pemuda Bung Karno, Agus Salim, dan lainnya yang tumbuh berjuang dari dalam negeri. Kemudian pada tahun 1928 para pemuda sepakat menghadirkan Sumpah Pemuda.

Dalam ikrar Sumpah Pemuda ada kelompok pemuda muslim, yaitu Jong Islamieten Bond. Bersama kelompok pemuda yang lain membuat ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda menjadi pilar penting untuk Indonesia merdeka.

“Indonesia merdeka antaralain karena keterlibatan penting anak-anak muda. Mereka mempersiapkan diri di tahun 1920-an dan kemudian menjadi pelaku utama penyiapan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945,” kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS.

HNW melanjutkan, karena itu membayangkan Indonesia Emas 2045, masa-masa sekarang para pemuda penting untuk segara tampil secara lebih konstruktif, artikulatif, dan atraktif, serta visioner, karena kondisi Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ada banyak tantangan dan permasalahan di sana, tetapi juga masih terbuka banyak peluang positif untuk generasi milenial dan lain-lainnya.

Oleh karena itu, sangat tepat bila anak-anak muda berkolaborasi dan bersinergi dengan anak-anak muda lainnya sebagaimana dulu Jong Islamieten Bond, bersama Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Betawi.

"Pemuda harus bangkit bersama untuk menyelamatkan dan masa depan Indonesia ini,” ujarnya.

Menurut HNW, anak-anak muda bukan hanya harus memiliki idealisme tetapi juga pemahaman peran sejarah.

"Kolaborasi anak-anak muda yang memahami sejarah bangsa, cita-cita perjuangan bangsa, dan cita-cita reformasi, apalagi dalam konteks keumatan. Pemuda seharusnya mengkonsolidasi diri kemudian mengkritisi perjalanan bangsa untuk memastikan kiblat bangsa masih pada jalur yang baik dan benar, sesuai cita-cita Proklamasi dan Reformasi,” tuturnya.

“Keberadaan bersama dengan pemuda-pemuda yang lain menjadi bagian yang saling menguatkan. Kalau dulu untuk Indonesia merdeka, sekarang menyambut 100 tahun Indonesia merdeka adalah untuk melanjutkan Pancasila, UUD, reformasi agar tetap terjaga dengan semangat menyelamatkan Indonesia dan generasi bangsa. Koridornya tetap pada ideologi Pancasila, UUD, reformasi. Itu (koridor) merupakan salah satu katup penyelamat yang mensukseskan capaian cita-cita proklamasi dan reformasi,” pungkasnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini