Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eks Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy, membantah menjadi penyebab kegagalan Mahfud MD menjadi calon wakil presiden (cawapres), untuk mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 lalu.
Hal itu ditegaskan pria yang akrab disapa Rommy itu, dalam Podcast yang diunggah di akun YouTube Total Politik, seperti dilihat Kamis (4/5/2023).
Rommy menceritakan, pada Kamis 9 Agustus 2019 atau sehari sebelum pendaftaran pasangan capres dan cawapres di KPU, Presiden Jokowi mengumpulkan para ketum parpol koalisi di Istana.
Pertemuan mendadak itu digelar sebelum Jokowi mengumumkan cawapres pendampingnya di Plataran, Menteng, Jakarta Pusat.
Selain Rommy, ada Ketum Nasdem Surya Paloh, Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang hadir dalam pertemuan di Istana.
Sementara itu, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak hadir karena mempercayakan urusan cawapres kepada Jokowi dan parpol koalisi.
Sedangkan Ketum Partai Hanura Oesman Sapta Odang atau OSO telah terlanjur hadir di Plataran Menteng.
"Presiden panggil empat Ketum Parpol ke Istana Negara. Begitu sampai di Istana sudah ada Pak Jokowi, Pak Surya Paloh, Cak Imin, dan Airlangga," ungkap Rommy.
Rommy melanjutkan, bahwa saat pertemuan itu berlangsung, Presiden Jokowi menyebut tidak jadi memilih Mahfud MD menjadi cawapresnya.
Seketika itu, Rommy terkejut dengan ucapan Jokowi tersebut.
Baca juga: Romahurmuziy: KIB Bakal Gelar Pertemuan Besar Jelang Peringatan Satu Tahun
"Sepertinya yang kaget hanya Mas Rommy saja," kata Rommy menirukan perkataan Presiden Jokowi.
Kemudian, Jokowi pun menanyakan kepada ketum parpol yang hadir saat itu, apakah setuju jika dirinya memilih Mahfud MD menjadi cawapresnya.
"Pak Surya, bagaimana pendapat Pak Surya kalau saya mengambil Pak Mahfud sebagai wapres saya?" ucap Rommy saat Presiden minta pendapat Parpol soal Mahfud.
Saat itu, Surya Paloh menolak Mahfud MD lantaran merupakan Ketua Tim Pemenangan Prabowo di Pilpres 2014.
"Mahfud MD adalah Ketua Tim Sukses Prabowo 2014. Sudah empat tahun ini, dia tidak ada keringatnya untuk kita. Alasan apa kita mencalonkan dia sebagai Wapres," kata Surya Paloh saat itu.
Penolakan yang sama disampaikan oleh Airlangga Hartarto dan juga Cak Imin.
"Mahfud MD adalah orang yang mengusulkan pembubaran Golkar tahun 1998. Saya mendapat pesan dari para senior, kalau Presiden tetap calonkan Mahfud MD maka Golkar akan menarik diri dari pencalonan Bapak," ucapnya.
Sementara itu, Cak Imin menolak Mahfud MD karena tidak merepresentasikan Nahdlatul Ulama (NU).
"Sikap PKB sikap PBNU, pak. Sampai hari ini Mahfud tidak dianggap orang NU oleh PBNU. Jadi PKB tidak bisa menerima Mahfud MD," kata Cak Imin kala itu.
Kemudian, Presiden Jokowi tidak menanyakan hal serupa kepada Rommy.
Baca juga: Sekjen PKS soal Kadernya Sebut Mahfud MD Bakal Isi Posisi Cawapres Anies: Keputusan di Majelis Syuro
Pasalnya, beberapa hari sebelum itu, PPP mengusulkan dua nama menjadi cawapres yakni pertama KH Ma'ruf Amin dan kedua adalah Mahfud MD.
Ada pun PPP menjadi satu-satunya parpol yang mengajukan nama Mahfud MD sebagai cawapres saat itu.
Kemudian, Rommy menceritakan bahwa pada akhirnya Presiden Jokowi memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres atas kesepakatan para ketum parpol tersebut.
"Bagaimana kalau KH Ma'ruf Amin yang saya pilih sebagai calon wakil presiden saya?," tanya Jokowi kala itu.
Surya Paloh, Airlangga dan Cak Imin kompak menyebut setuju. Setelah itu, Presiden Jokowi memanggil Mensesneg Pratikno untuk mengabarkan putusan Ketum Parpol memilih KH Ma'ruf Amin sebagai cawapres.