Meski lemah, angka tersebut berdampak bagi elektabilitas bacapres di 2024 itu.
"Begitu masuk 2023 itu kencang naiknya dari angka 70 persen ke 80 persen. Ini efeknya sangat kuat," ujarnya.
"Bisa dibaca bahwa efek dari evaluasi atas kinerja Pak Jokowi itu punya efek negatif terhadap Anies. Jadi positioning Anies terhadap Pak Jokowi itu salah," katanya.
Survei ini, kata Saiful, merupakan hasil dari penilaian pemilih sendiri.
"Terlepas ini kan persepsi. Mungkin orang bisa bilang 'apa yang bagus dari Pak Jokowi', tapi lepas dari itu pemilih memilih sendiri," kata Saiful.
"Dengan segala plus minusnya rakyat itu, dalam tanda kutip mereka tidak kompeten untuk menilai kondisi ekonomi dan kinerja Pak Jokowi, tapi mereka punya hak memilih (di Pemilu). Walaupun mereka tidak tamat sekolah dasar, tapi mereka punya (hak) suara satu."
Terpisah, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menjelaskan faktor jangka panjang yang mempengaruhi turunnya elektabilitas capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan.
Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, ada faktor jangka panjang yang menyebabkan merosotnya elektabilitas eks Gubernur DKI Jakarta itu jelang Pilpres 2024.
Ia menuturukan, faktor jangka panjangnya menyangkut aspek ideologis.
Terkait aspek ideologis, Saiful menyebut, hasil survei SMRC menemukan pemilih di Indonesia lebih cenderung menilai diri mereka lebih ke Pancasila.
Baca juga: Sudirman Said Akui Penjegalan terhadap KPP dan Anies Baswedan Mulai Terasa
"Politik agama Islam itu (skor) adalah 10 persen. Nah pemilih rata-ratanya kalau dibuat skornya itu 4,75 persen lebih ke Pancasila," kata Saiful Mujani, dalam paparannya di laman YouTube SMRC TV, Kamis (8/6/2023).
Sehingga, Saiful menyimpulkan, sentimen ideologis pemilih di Indonesia itu Pancasila, bukan politik Islam.
"Oleh karena itu, kalau Anda ingin sukses dipilih rakyat, sentimennya harus dekat dengan rakyat seperti itu."
Lebih lanjut, Saiful menyampaikan, dari hasil surveinya ditemukan bahwa pemilih menilai sentimen ideologis Anies terhadap Pancasila, di angka 5,41 persen.