TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Astuti, bukan nama sebenarnya, sesungguhnya sudah merasakan perubahan perilaku suaminya selama tiga tahun.
Tapi Astuti memilih mengabaikannya dan mempercayai suaminya.
"Ya namanya suami dan aku enggak melihat sendiri [perselingkuhannya] kan. Jadi belum percaya padahal banyak teman yang suka bilang ketemu suamiku di sana, di sini, kebiasaannya pun berubah," ujar Astuti.
Perubahan kebiasaan suaminya yang paling drastis adalah tidak lagi menginformasikan detil perjalanannya saat ke luar kota.
Sampai pada tahun 2014, kecurigaan perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis ini memuncak.
"Dia bilang mau pergi tugas kantor ke Kalimantan Timur padahal aku tahu enggak ada proyek kantornya di sana," kata Astuti.
Baca juga: Meski Dihujat Publik karena Selingkuh, Rendy Kjaernett Merasa Bangga Dirinya Berani Jujur
Setelah dia mengungkapkan kecurigaannya, Astuti menceritakan suaminya kemudian mengubah tujuan perjalanannya ke Batam tanpa memberitahu jam penerbangan, tempat menginap, dan sampai kapan ia akan berada di sana.
Pagi itu saat suaminya berangkat, Astuti kemudian berusaha mencari tahu bukan hanya detil perjalanan sang suami, tapi juga apakah laki-laki yang saat itu telah 13 tahun dinikahinya pergi tak sendiri.
Astuti lantas menghubungi maskapai penerbangan dengan dalih meminta bantuan akses cek in untuk suaminya.
Dari situlah Astuti mengetahui nomor dan jam penerbangan ke Batam, kapan suaminya akan kembali ke Jakarta, dan dengan siapa ia pergi.
Singkat cerita, dengan bantuan teman-teman Astuti, si suami terpergok dengan perempuan lain di sebuah hotel di Batam pada pukul 2 dini hari.
Penggerebekan yang melibatkan aparat setempat itu berujung pelaporan ke polisi dan akhirnya berakhir di meja hijau.
"Sebagai wartawan aku merasa beruntung punya semacam privilege karena networking yang luas. Terpikir juga minta bantuan profesional semacam detektif tapi waktu itu aku enggak tahu harus nyari ke mana," tutur Astuti.
Mencari bantuan profesional