TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro mengatakan praktik koalisi yang dibentuk oleh partai politik umumnya membicarakan deal-dealan atau kesepakatan siapa mendapat apa.
Kata Siti Zuhro, hal ini sebagaimana pernyataan ilmuwan politik AS yang juga pencetus teori komunikasi, Harold Lasswell, bahwa politik adalah a matter of who’s get what, atau siapa mendapay apa dengan cara apa.
“Laswell kan sudah mengatakan politik itu is a matter of who’s get what, jadi siapa mendapat apa dengan cara apa dan sebagainya,” kata Siti Zuhro dalam wawancara khusus bersama Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, di Kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Praktik tersebut yang juga dinilai diterapkan ketika parpol membentuk koalisi. Yakni pembicaraan jika koalisi menang, berapa banyak bagian anggota kabinet maupun kursi pimpinan komisi legislatif yang didapat masing-masing parpol.
“Jadi deal-nya itu ke sana memang. Sudah sampai kalau ini koalisi menang, saya berapa untuk di kabinet, lalu bagaimana yang ada di parlemen, apa saja yang saya duduki untuk alat perlengkapan di DPR,” katanya.
Ia tak menampik bahwa hal itu memang urusan dari setiap partai politik. Tapi Siti Zuhro menyayangkan mengapa hal itu yang justru ditonjolkan, dan di satu sisi mencecer tujuan atau kepentongan nasional dalam ranah politik.
Padahal lanjutnya, esensi pemilu adalah sebagai arena suksesi dan cara mengoreksi rezim yang ada untuk perbaikan di masa mendatang.
“Itu memang urusan mereka, tapi kalau itu yang menonjol, lalu tercecer apa yang menjadi tujuan atau kepentingan nasional kita. Padahal pemilu itu betul-betul esensinya adalah arena untuk suksesi dan cara mengoreksi rezim yang ada untuk perbaikan yang akan datang,” ungkapnya.
Sehingga lantaran terlalu banyak lobi-lobi politik yang dilakukan parpol untuk membangun koalisi, akhirnya justru para elite tak banyak membicarakan rakyat.
Baca juga: PKN Belum Tentukan Arah Dukungan Capres, Anas Urbaningrum: Tunggu Koalisi Paten Dulu
Oleh sebab itu Siti Zuhro mengajak publik untuk cerdas dan menjauhkan diri terlibat dalam gerakan memilih hanya karena iming-iming uang.
“Memang pemilunya langsung, tapi sebetulnya dari elite dipilih oleh rakyat, rakyat di fetakompli. Ini yang makanya kenapa rakyat harus cerdas. Pemilih kita ini harus betul-betul bukan digerakkan untuk memilih itu karena uang,” kata dia.