TRIBUNNEWS.COM - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus menekan optimalisasi pengasuhan bayi yang benar pada masa enam bulan pertama. Bina Keluarga Balita (BKB) menjadi wadah penting pada periode kritis dalam siklus kehidupan manusia.
“Apabila pada masa tersebut, anak tidak mendapatkan pengasuhan dengan baik, maka akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan (di masa depan),” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dalam kegiatan Pendampingan dan Orientasi bagi Pengelola Program Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB-HI) Unggulan di Jakarta pada Selasa (10/10/2023).
Dalam keseluruhan siklus hidup manusia, usia enam bulan pertama merupakan periode kritis bagi perkembangan otak atau lebih dikenal dengan periode emas. Periode ini harus dioptimalkan dengan menjaga kesehatan, status gizi anak, memberikan stimulasi yang mencukupi dan menyediakan lingkungan yang mendukung.
Baca juga: BKKBN Bagikan Praktik Keberhasilan Program KB dan Kesehatan Reproduksi di Perhelatan Internasional
Melalui program BKB HI, BKKBN terus menerus mendorong dan mendampingi para petugas lini lapangan di daerah untuk menggerakkan masyarakat melakukan aksi nyata dalam mengedukasi keluarga dalam pengasuhan anak.
“Siapa yang mengajari sebanyak dua juta lebih sedikit keluarga yang punya bayi usia kurang dari 6 bulan? apakah semua bisa datang ke puskesmas hanya untuk diajari (mengASIhi)? Biasanya hanya datang untuk berobat, jarang sekali khusus konseling untuk ASI Eksklusif. Nah, BKB HI sebetulnya menjadi jawabannya,” ujar Dokter Hasto.
Karena itu, Dokter Hasto mengatakan Kader BKB merupakan salah satu komponen yang memiliki peran aktif bersama orang tua dalam memberikan optimalisasi tumbuh kembang sejak 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) melalui kegiatan pengasuhan yang berkesinambungan.
“Ini salah satu wadah yang saya kira penting dalam periode kritis, saya harap para kader dapat mendampingi Ibu mengASIhi sampai sukses memberikan asi eksklusif selama 24 bulan, karena banyak yang beralasan air susunya tidak keluar,” harap dokter Hasto.
“Mungkin kalau di Posyandu lebih fokus pada pengukuran, penimbangan berat badan, maka di BKB HI ini mestinya to be different. Ada 4 hal yang bisa disampaikan kader, yaitu cara menyusui yang baik, cara mengasuh yang baik dengan pendekatan psikologis, cara memberikan MPASI, dan memonitor evaluasi tumbuh kembangnya. Inilah pentingnya saling melengkapi, tidak overlap,” lanjutnya.
Baca juga: Hindari Kesesatan Berkeluarga, BKKBN Dorong Kelas Pranikah Cegah Stunting
Tingkatkan Pelayanan
Selaras dengan Dokter Hasto, Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana Rachma Dudung Abdurrachman yang hadir sebagai keynote speaker juga menyoroti pentingnya pemantauan tumbuh kembang balita di BKB dan Posyandu.
Duta Bunda Asuh Anak Stunting ini juga mengapresiasi kehadiran BKB HI dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua terkait pengasuhan anak yang holistik (menyeluruh), “Kehadiran BKB HI memiliki peran yang sangat bermakna, wujud nyata integrasi kelas pengasuhan bagi orang tua,” ucapnya.
Persit Kartika Chandra Kirana sejauh ini memiliki posyandu binaan sebanyak 612 yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Saya mengimbau kepada seluruh posyandu binaan Persit untuk selalu meningkatkan pelayanan. Bagi posyandu yang belum mempunyai BKB, agar segera menambah layanan BKB HI dan mengajak keluarga sasaran untuk meningkatkan kelas pengasuhan,” ujar Rachma.
Baca juga: BKKBN Ungkap Pola Asuh Orangtua Jadi Faktor Utama Penyebab Stunting
Menurutnya, untuk menstimulasi perkembangan sejak masa kehamilan, hanya dapat dilakukan melalui pemberian pengasuhan dan pendidikan yang benar. Asupan gizi yang baik dan seimbang serta pemeliharaan kesehatan yang baik.
Ia menambahkan, peran orang tua sebagai pembimbing dan pengasuh juga tetap penting, agar stimulasi tumbuh kembang anak berlangsung optimal.
Dari segi yang lain, dukungan pemerintah daerah sebagai pemangku kebijakan di lapangan juga berperan penting dalam suksesnya upaya optimalisasi pengasuhan keluarga. (*)