Berselang beberapa saat kemudian, serangan ke Sonbai terjadi lagi di bawah pimpinan Residen Baron van Lynder.
Misi penangkapan Sobe Sonbai ini tetap gagal, tetapi beberapa prajurit dan menantu Sobe Sonbai II ditawan.
Belanda kemudian menerbitkan “Timor Traktat” yang berisi pembagian wilayah tanpa menghiraukan kedaulatan kerajaan. Traktat ini pun menyulitkan Sonbai dalam bertindak.
Perlawanan Sobe Sonbai III
Pada masa kekuasan Sobe Sonbai III, perlawanan terhadap Belanda juga tidak surut. Salah satu upayanya adalah mendirikan benteng-benteng pertahanan.
Benteng-benteng yang didirikan oleh Sobe Sonbai III meliputi:
- Benteng Ektob, terletak di Desa Benu dan dijaga oleh O’neno dan Tean Suan.
- Benteng Kabun, dibangun di Desa Fatukona dan dijaga oleh Meo Kusi Nakbena dan Beu Ebnani.
- Benteng Fatusiki, lokasinya berada di Desa Oelnaineno dan dijaga oleh Meo Totosmaut.
Belanda yang telah kewalahan menaklukan Sonbai yang menentang sejak tahun 1700-an, kemudian melancarkan taktik.
Akhirnya, Sobe Sonbai III berhasil dikelabui dan ditangkap Belanda pada 1906.
Raja Sobe Sonbai III kemudian dibuang ke Sumba, beberapa lama kemudian dibawa kembali ke Kupang, dan meninggal pada 1923.