News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

APTIK Soroti Fenomena Bunuh Diri Remaja: Ada Kerapuhan Mental di Lingkungan Kampus

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Prof Dr BS Kusbiantoro (tengah) dalam konferensi pers Kongres APTIK di Unika Atma Jaya, Jakarta.

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) Prof Dr BS Kusbiantoro mengaku prihatin atas fenomena depresi hingga bunuh diri pada kalangan remaja di era digital.

Di satu sisi, Kusbiantoro menyadari bahwa angka persoalan kesehatan mental belum terdata secara akurat.

Pendampingan, menurut Kusbiantoro, harus dilakukan untuk mencegah terjadinya aksi bunuh diri pada remaja.

"Kami merasa perlu kerja sama agar mahasiswa tidak merasa terisolasi dan bagaimana lembaga konseling dapat secara tepat mengenali gejala yang ada dan secara tepat juga bisa mengatasinya,” kata Kusbiantoro melalui keterangan tertulis, Sabtu (23/3/2024).

Baca juga: Penyebab Kesehatan Mental Remaja Indonesia Kian Mengkhawatirkan

Menurutnya, saat ini muncul paradigma baru, yakni Brittle, Anxiety, Non-Linear, dan Illusion of predictability (BANI) yang menggeser konsep Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity (VUCA) sebagai era desruptif terbaru.

Paradigma BANI, kata Kusbiantoro, muncul sejak 2020 sebagai akibat pengaruh globalisasi yang menciptakan kompleksitas dan ketidakpastian meluas di dunia.

Baca juga: Angka Bunuh Diri Tinggi, Psikolog Nilai Perlu Akses Layanan Kesehatan Mental untuk Masyarakat

Konsep dari Brittle dari BANI memunculkan the illusion of strength, yaitu pandangan bahwa lembaga yang kita anggap kuat ternyata rapuh.

Sedangkan Anxiety, memunculkan the illusion of control, apa yang diharapkan sangat berbeda dengan kenyataan yang dihadapi.

Sementara konsep Non-Linear menghasilkan the Illusion of predictability seperti kemunculan pandemi Covid-19, chat GPT, dan disrupsi teknologi lainnya.

Sementara mengenai konsep Illusion of predictability dari paradigma BANI tadi, yang menghasilkan the illusion of knowledge seperti limpahan data dan informasi ternyata justru ikut menghasilkan limpahan hoax yang luar biasa.

"APTIK merasa perlu mengantisipasinya melalui segala bentuk adaptasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya kerapuhan mental yang kini kian meluas di lingkungan kampus-kampus di dalam dan di luar negeri. Kecemasan,depresi dan bunuh diri yang terjadi itu merupakan bagian dari illusion of control,” katanya.

Bahasan mengenai kesehatan mental ini menjadi pembahasan khusus pada Kongres APTIK ke-41.

Selain membahas tentang merebaknya femonena kerapuhan mental di kampus, kongres ini juga menyoroti dampak signifikan kurikulum pengajaran.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini