News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cuaca Panas

9 Tips Hadapi Cuaca Panas Akibat Peralihan Musim Hujan ke Musim Kemarau

Penulis: Muhammad Alvian Fakka
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja melindungi tubuh dari terik matahari menggunakan payung saat berjalan di kawasan Sudirman, Jakarta - Inilah tips menghadapi cuaca panas yang belakang ini melanda sebagian besar wilayah Indonesia, akibat peralihan musim hujan ke musim kemarau.

TRIBUNNEWS.COM - Inilah tips menghadapi cuaca panas yang belakang ini melanda sebagian besar wilayah Indonesia.

Berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sejak awal Mei 2024 menunjukan sebanyak 8 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau.

Saat memasuki musim kemarau, biasanya suhu udara meningkat karena cuaca panas yang terjadi akibat peralihan musim.

Mengutip BMKG, fenomena cuaca panas yang terjadi di wilayah Indonesia saat ini adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Kondisi gerah yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini juga merupakan salah satu hal yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.

Dalam rangka menghadapi cuaca panas di Indonesia, Tribunnews.com telah merangkum sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh masyarakat.

9 Tips Hadapi Cuaca Panas

Simak tips-tips yang dapat diterapkan masyarakat Indonesia dalam menghadapi cuaca panas, mengutip laman Kemenkes RI, berikut ini.

1. Amati Prakiraan Cuaca Harian

Selalu simak prakiraan cuaca harian sebelum melakukan aktivitas.

2. Pakai Payung atau Topi untuk Tutup Kepala

Hindari kontak dengan sinar matahari secara langsung, gunakan topi atau payung.

3. Pakai Baju Longgar atau Berkain Tipis

Cobalah memakai baju yang berbahan ringan dan longgar.

Serta pakaian yang dapat menyerap keringat.

Baca juga: Cuaca Panas Bikin Kulit Mudah Keriput, Hindari Skincare yang Mengandung Bahan Ini 

Hindari menggunakan baju berwarna gelap agar tidak menyerap panas.

4. Perbanyak Minum Air

Jangan menunggu haus.

Cegah dehidrasi dengan minum air yang banyak.

5. Carilah Tempat yang Teduh saat Berada di Luar

Sebisa mungkin berteduh diantara jam 11 pagi – 3 siang.

6. Buka Jendela Agar Udara Masuk

Buka jendela agar rumah sehat (Istimewa)

Jangan meninggalkan siapapun di dalam kendaraan dalam kondisi parkir.

Baik dengan jendela terbuka maupun tertutup.

7. Pakai Kipas Angin dan Pendingin

Selain memaik AC dan kipas angin, sediakan botol semprot air yang dingin di dalam kendaraan.

8. Pakai Suncreen SPF 30+ atau Sunblock

Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir efek dari paparan sinar UV (Well+Good)

Gunakan sunscreen minimal 30 SPF pada kulit yg tidak tertutup oleh baju sebelum keluar rumah

9. Hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis.

Sebab minuman tersebut dapat menyebabkan mudah haus.

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Cuaca Panas

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menegaskan bahwa cuaca panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini bukanlah akibat gelombang panas atau heatwave.

Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG.

Fenomena cuaca panas tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

Lebih lanjut Dwikorita menerangkan, kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara.

Sehingga dimungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.

Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/3/2024). (Tribunnews.com/ Chaerul Umam)

Menurut Dwikorita, suhu panas yang terjadi adalah akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Sama halnya dengan kondisi "gerah" yang dirasakan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.

Hal tersebut juga merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

Dari pantauan BMKG pada bulan Mei 2024 beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau.

Seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulauJawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

(Tribunnews.com/M Alvian Fakka)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini