Pada pemilu legislatif 2009, PRA kurang mendapat sambutan rakyat, sehingga kurang diperhitungkan dalam perolehan kursi.
Para pentolan PRA kemudian ada yang hengkang dan masuk menjadi pengurus Partai Nasional Aceh (PNA), partai lokal besutan Irwandi Yusuf.
Sedangkan Agus Wandi memilih berkarier di jalur lain.
Di sela kesibukannya sekitar tahun 2008, ia menerbitkan buku berjudul "9 Langkah Memajukan Diri dan Aceh."
Sejak saat itu, nama Agus Wandi seperti hilang ditelan bumi dari lingkaran gerakan aktivis Aceh.
Lama tak terdengar kabar, ternyata anak petani asal Sibreh kelahiran tahun 1977 ini memilih berkarier di luar negeri.
Ia menjadi relawan di UNDP dengan jabatan kepala penasehat teknis UNDP di Pulau Solomon.
Baca: Bertopi Hitam dan Kaus Putih Dian Sastro Berbaur dengan Peserta Maybank Bali Marathon
Untuk ukuran seorang pemuda Aceh, Agus Wandi adalah sosok yang brilian.
Ia fasih berbahasa Inggris dan memiliki latar belakang pengetahuan sosial politik yang mumpuni, terutama tentang isu HAM, perdamaian, keamanan dan politik regional internasional.
Ia juga hobi membaca buku penulis berkelas.
Dalam satu tulisan di dinding facebooknya, ia sangat mengimpikan agar anak muda Aceh memiliki keterampilan berbahasa Inggris agar menjadi generasi yang diperhitungkan dalam segala bidang.
"Dengan menambah (porsi) Bahasa Inggris di sekolah dan universitas, Aceh bisa menang satu langkah dibanding lulusan sekolah tempat lain di Indonesia. Seperti tamatan Malaysia, Singapura atau Filipina yang mampu bersaing di tempat kerja regional dan internasional, hanya karena menang bahasa," tulis Agus Wandi seperti yang dikutip Serambi di laman facebook-nya.