Tim Buser Polres Malang meringkus Sobirin yang bersembunyi di hutan.
Dalam upaya penggerebekan itu, polisi terpaksa melumpuhkan Sobirin dengan timah panas pada kaki kanannya.
"Kami terpaksa menembak kakinya karena pelaku memberikan perlawanan saat akan ditangkap di sebuah lereng gunung," tegas Yhogi kepada wartawan.
Dikatakan Yhogi, Sobirin disergap di sebuah lereng gunung yang masih masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
"Pelaku selama sembunyi dengan korban membuat tenda. Juga membawa makanan dan kompor layaknya orang camping," kata Yhogi.
LB diketahui kerap main band dengan Sobirin.
Di hadapan polisi, Sobirin beralasan membawa korban selama empat hari sejak Rabu (19/9/2018) siang dari sekolah, agar korban bisa bermain musik dengannya.
Modusnya dengan mengatakan sepeda milik LB hilang.
Sobirin membawa LB dengan alasan kalau LB kerap dilarang orang tuanya bermain musik.
Sehingga ia ingin memberikan kesempatan kepada LB untuk bisa bermain musik secara leluasa.
Sobirin juga mengaku, berniat turun dari gunung dan menyerahkan diri pada Senin lusa.
Namun ia keburu disergap tim Buser Satreskrim Polres Malang.
"Korban anak didik saya di bidang seni musik. Karena dilarang main band, korban saya bawa. Sebenarnya saya mau menyerahkan diri Senin besok," tutur Sobirin.
Sabtu (22/9/2018) sore, LB dibawa mengunakan mobil ke ruang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Malang.
Keluarga LB segera menyambut dengan isak tangis. Pasalnya, sudah empat hari bocah berbadan gemuk itu tidak pulang tanpa kabar.
LB juga terlihat masih syok setelah empat hari berada di hutan dengan Sobirin.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Guru Ekskul yang Bawa Lari Muridnya Ditembak Polisi