PSK jadi tak terkontrol
Senada, Ayu (42) seorang PSK asal Temanggung juga menyatakan penolakannya terhadap rencana penutupan lokalisasi Sunan Kuning.
Menurut dia, PSK tidak hanya yang berada di Sunan Kuning saja namun banyak orang bahkan pelajar di luar tempat lokalisasi ini marak menjajakan diri secara online.
Dia merasa berat hati jika Sunan Kuning harus ditutup.
Padahal, kesehatan para PSK di Sunan Kuning menurutnya lebih terjamin dibanding para PSK yang menjajakan di jalanan maupun secara online.
"Apa alasannya SK mau ditutup? Kenapa SK terus yang diusik sedangkan diluar sana banyak pelacur-pelacur. Disini sudah terjamin, kesehatan aman, ada screening dan VCT. Apa diluar sana kegiatan itu? Tidak," serunya saat menghadiri rapat di Balai RW 4, Kelurahan Kalibanteng Kulon, Semarang Barat.
PSK yang telah bekerja 10 tahun di Lokalisasi Sunan Kuning mengatakan, penutupan lokalisasi ini hanya akan berdampak negatif bagi Kota Semarang.
Disamping banyak orang yang berkeliaran menjajakan secara online, kesehatan di Kota Semarang juga tidak terjamin
Menurutnya, sebagian besar yang bekerja di tempat tersebut adalah orang dari kalangan bawah yang harus menghidupi keluarganya.
Meski sudah diberi berbagai pelatihan, dia merasa belum mampu meninggalkan pekerjaan tersebut lantaran banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dana jaminan hidup yang rencananya akan diberikan kepada para PSK sebesar Rp 5 juta dari Kementrian Sosial (Kemensos), menurut Ayu, belum dapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Memang ada tabungan, tapi kami kan ingin beli rumah, membiayai anak-anak. Kalau ditutup tidak semudah dan segampang itu dengan diberi uang," paparnya.
Pemilik Wisma Keberatan
Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning ternyata tidak hanya disayangkan oleh para PSK.