Tim medis RSUD Kota Mataram menunjukkan hasil rapid test dari RS Metro Medika dengan hasil nonreaktif.
Ia pun curiga dengan surat keterangan itu.
Sebab, dirinya telah menandatangani surat pernyataan menolak rapid test.
"Kok ini sekarang ada hasil rapid test dari rumah sakit Metro Medika, saya baca kop surat rumah sakit itu, dan hasilnya nonreaktif, saya pertanyakan kenapa surat itu bisa keluar, itu dibuat sepihak," Kata Mahnun.
Tapi, karena mengikuti prosedur penanganan pasien dalam pengawasan (PDP), keluarga mengizinkan tim medis melakukan tes swab.
Hasil diperkirakan keluar dalam tiga atau empat hari.
Setelah itu, MS dipindahkan ke ruang isolasi pada Sabtu (4/7/2020).
Di ruang isolasi, MS hanya didampingi suaminya.
Mahnun sempat menanyakan kondisi ibunya pada Minggu (5/7/2020).
MS disebut baik-baik saja.
Tapi, Mahnun mendapatkan kabar ibunya meninggal pada Senin (6/7/2020) sore.
"Jika dihitung belum sampai dua hari, setelah pelaksanaan pengambilan lendir untuk swab tes, tapi beberapa saat setelah meninggal dunia hasil swab ibu saya positif Covid-19, padahal tim medis awalnya mengatakan paling lambat tiga sampai empat hari, kok bisa kurang dari 2 hari sudah ada hasilnya, itu yang buat saya yakin ibu saya tidak positif Covid-19," kata Mahnun kecewa.
Kejanggalan berikutnya terjadi saat Mahnun meminta bukti dokumen hasil tes swab ibunya.
Pihak RSUD Kota Mataram menyebut bahwa hasilnya masih dirilis.
"Ini semua proses yang janggal, kami melihat ada yang timpang di sini, anehnya pihak RSUD Kota Mataram tetap bersikeras menyebut ibu saya positif Covid-19, tapi dokumen atau bukti surat yang menunjukkan itu tidak diberikan sampai sekarang," kata Mahnun.
Akibat kejanggalan itu, ratusan warga menyerbu RSUD Kota Mataram dan mengambil paksa jenazah MS.
Belakangan, Mahnun dan sejumlah keluarga yang terlibat dalam aksi pengambilan paksa jenazah itu membuat permohonan maaf.
Tanggapan RSUD Kota Mataram Direktur RSUD Kota Mataram dr Lalu Herman Mahaputra mengatakan, pihaknya telah bekerja sesuai prosedur penanganan Covid-19, termasuk saat menangani pasien MS.
"Aturannya kami harus melakukan tes swab pada pasien yang mengalami gejala Covid-19, salah satunya adalah sesak napas," kata Herman pada Rabu.
Herman mengatakan, hasil tes swab yang menyatakan MS positif Covid-19 diserahkan ke tim penyidik Polres Kota Mataram. Hal itu dilakukan karena adanya insiden penjemputan paksa jenazah.
"Dokumen hasil swab MS bisa dimibta jeluarga ke aparat kepolisian, kami sudah serahkan semua dokumen yang dibutuhkan tim penyidik, " kata Herman.
Menurut Herman, kejadian itu bukan kali pertama terjadi di RSUD Kota Mataram.
Tapi, insiden yan melibatkan ratusan warga itu membuat aparat keamanan kewalahan.
Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Artanto mengatakan, tim medis RS Bhayangkara akan melakukan tracing ke Desa Mekar Sari.
Baca: Virus Corona Disebut Dapat Menular Lewat Udara, Begini Tanggapan Gugus Tugas Covid-19
Keluarga dekat MS yang terlibat dalam aksi pengambilan dan pemakaman jenazah akan menjalani rapid test Covid-19.
"Kita akan jemput bola, tim medis dari RS Bayangkara Polda NTB yang menemui keluarga dan melakukan tracing ke sana, " kata Artanto, Rabu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Ini Alasan Keluarga Ambil Paksa Jenazah Pasien Covid-19 di RSUD Mataram