TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ikut memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada Selasa (10/11/2020) hari ini.
Untuk mengenang jasa para pahlawan, Ganjar menemui seorang pejuang kemerdekaan bernama Ngadimin Citro Wiyono.
Pejuang kemerdekaan yang lebih dikenal Mbah Min atau Ngadimin Semprong ini datang ke rumah dinas Ganjar pada Senin (9/11/2020) kemarin.
Dalam kunjungannya itu, satu di antara pejuang saat agresi militer Belanda II berkisah banyak hal kepada Ganjar.
Baca juga: Apresiasi Tertinggi Bagi Tenaga Medis, Pejuang Lawan COVID-19
Baca juga: Bertemu Ganjar, Denny Caknan Ceritakan Kisah Suksesnya, Sempat Jadi Penyapu Jalanan
Meski usianya telah menginjak 88 tahun, Mbah Min masih lancar menceritakan kisah heroiknya saat berjuang di masa lampau.
Mbah Min mengatakan, ia turut serta berjuang melawan penjajahan Belanda di Solo.
Kala itu, usianya masih sangat muda, yaitu sekitar 15 tahun.
Akibat kematian ayahnya di tangan Belanda, Mbah Min menjadi bersemangat berjuang meraih kemerdekaan.
"Tahun 1948-1950 ada agresi militer Belanda kedua di Solo. Saat itu berpusat di Lapangan Terbang Panasan yang sekarang jadi Adi Soemarmo Solo."
Baca juga: Sejarah Penetapan 10 November Jadi Hari Pahlawan, Diambil Soekarno dari Pertempuran Surabaya
Baca juga: Hari Pahlawan 2020, Enam Tokoh Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Ini Riwayat Perjuangannya
"Dulu, selama tiga tahun lokasi itu menjadi area perang, banyak warga yang jadi korban, termasuk ayah saya," kata Mbah Min, dikutip dari Humas Pemprov Jawa Tengah, Senin (9/11/2020).
Mbah Min mengaku masih ingat betul saat ayahnya ditembak mati oleh pasukan Belanda.
Saat itu, Mbah Min berada di dekatnya dan melihat sendiri kejadian tersebut.
"Saya marah. Setelah itu, saya memutuskan untuk ikut berjuang. Saya rela mati demi nusa dan bangsa," tegasnya.
Perjuangan Mbah Min menjadi mata-mata Belanda