"Seperti yang kita tahu bahwa pada usia di atas 35 tahun, tingkat kesuburan jauh menurun. Demikian juga pria," katanya.
Sperma akan tidak seideal biasanya sehingga pilihan terbaik untuk memiliki buah hati yakni melalui bayi tabung.
"Dari Bu Su'udiyah, kami mendapatkan tiga embiro dan hanya menanam dua. Alhamdulillah satu berhasil. Jadi masih ada kesempatan satu kali lagi karena ada satu embrio yang kita simpan," terang dr Benny.
Ia menyebut perjuangan pasutri ini luar biasa. Mereka tinggal 15 km di luar Kota Sumenep, tepatnya di Dusun Pakondang Daya.
Untuk memenuhi biaya, Somidi menggunakan tabungan dan hasil penjualan keripik singkong di Komplek Asta Tinggi.
"Alhamdulillah hasilnya lumayan untuk menambah biaya bayi tabung. Semuanya akan saya lakukan, saya berikan yang terbaik," kata Somidi.
Di mata dr Benny, kisah mereka bisa menjadi inspirasi para pasutri yang belum dikaruniai anak untuk tidak menyerah.
"Ini bisa memberikan pesan bagi kita semua untuk tetap berjuang. Never lose hope, jangan pernah putus asa," katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Penantian Pasangan Suami Istri Asal Madura yang Punya Buah Hati Setelah Menunggu 21 Tahun