Ia mencuri kotak sesari di dua pura di Buleleng beberapa waktu lalu.
Kepala Lingkungan Banyuning Timur, Putu Suardika, mengatakan sejak kecil PAH menjadi korban broken home.
Ayah dan ibunya sudah lama bercerai.
Sejak perceraian orangtuanya itu, PAH tinggal bersama ayah dan ibu tirinya.
Namun nomaden alias berpindah-pindah tempat tinggal.
Mulai dari di Banyuning Selatan, di Lingkungan Kalibaru, dan terakhir ngekos di Banyuning Timur.
"Berapa bulan dia ngekos di Banyuning Timur, ditinggallah sama bapak dan ibu tirinya ke Denpasar. Jadi anak ini tidak ada yang menghiraukan. Sepengetahuan saya bapaknya ini tidak punya pekerjaan tetap," ucap Suardika.
Sejak kecil, Suardika menyebut PAH memang kerap mencuri uang hingga ponsel.
"Setiap dia mencuri saya yang menangani. Kasihan sebenarnya, masih kecil sudah berani melakukan hal seperti itu. Orangtuanya juga kurang memberi perhatian," terangnya.
Kondisi ini pun diakui sendiri oleh PAH di hadapan awak media pada Juli lalu, saat polisi merilis aksi pencurian kotak sesari.
PAH mengaku nekat mencuri lantaran tidak pernah diberi uang jajan oleh orangtuanya.
Orangtua Syok
Pihak keluarga pelaku mengaku tidak menyangka PAH melakukan perbuatan keji dengan mencuri disertai kekerasan hingga mengakibatkan korban Putu Widiastuti kehilangan nyawa.
Ternyata pelaku selama ini tinggal bersama ibu tirinya bernama Handayani di kosan-kosan di Ubung Kaja, yang jaraknya hanya sekitar 50 meter dari rumah korban.