Peristiwa itu masih membekas dalam ingatannya.
Menurut dia, pergerakan tanah skala besar di Blok Tarikolot membuat ratusan bangunan rumah rusak.
Bencana longsor besar yang menimpa permukiman di Blok Tarikolot Majalengka tersebut terjadi pada 2006 silam.
"Sejak saat itu, tercatat sebanyak 253 Kepala Keluarga (KK) di blok tersebut direlokasi ke Blok Buahlega oleh pemerintah setempat pada 2009 sampai 2010," ujar Karwan kepada Tribuncirebon.com, Selasa (2/2/2021).
Karwan menjelaskan, ada 180 rumah yang rusak karena pergerakan tanah dan tak sedikit pula rumah yang tertimbun reruntuhan.
Baca juga: Pria di Majalengka Tega Cabuli Anak Kandungnya Sendiri di Lokalisasi, Begini Kronologinya
Rata-rata kejadian longsor pada pukul 18.00 WIB sore.
Namun, tak ada korban jiwa setiap kali terjadi pergerakan tanah.
"Sejak longsor besar kami berinisiatif merelokasi ini program pemerintah desa dan Pemkab Majalengka," ucapnya.
10 tahun kemudian, atau tepatnya 2016, sambung dia, bencana pergerakan tanah skala besar kembali terjadi.
Saat itu, masih ada sekitar 20 kepala keluarga yang memaksa memilih tinggal Blok Tarikolot, karena alasan dekat dengan lahan pertaniannya.
Namun, lambat laun, para warga itu akhirnya menerima untuk direlokasi.
"Waktu bencana besar tahun 2016 masih ada 20 KK memilih tinggal tapi saat itu bencana besar akhirnya warga berhasil dibujuk untuk relokasi. Sekarang tersisa delapan KK tinggal itu juga kadang tidak menginap," jelas dia.
Disinggung terkait banyaknya warga yang meninggalkan tempat tinggalnya itu, Karwan menambahkan, bahwa wilayah tersebut masuk ke dalam zona merah bencana.
Hal itu diperkuat dengan adanya data hasil penelitian badan geologi Kementerian ESDM.