News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bocah SD Tewas Korban Bully

Fakta-fakta Bocah SD Meninggal Usai Dipaksa Bersetubuh dengan Kucing: Pelaku Dikenali dari Suara

Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Ato Rinanto, bersama anggota Polsek Singaparna Polres Tasikmalaya sedang mengunjungi rumah korban perundungan bocah 11 tahun dan dipaksa bersetubuh dengan kucing oleh teman-temannya di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (20/7/2022)

Bahaya bully

Psikolog Rikha Surtika Dewi menyebut bullying atau perundungan berbahaya.

Mirisnya, penyebab awal kasus ini kerap dianggap sepele masyarakat di perkotaan dan perkampungan. Dalam bahasa Sunda, disebut dipoyokan atau diejek atau dibully.

Dosen Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMT) Biro Psikologi Solusi dan Harapan Bunda Therapy Center ini mengungkapkan, kasus bullying saat ini semakin parah.

Bully tersebut tidak hanya fisik tapi perkataan, psikologis, hingga perilaku.

"Fenomena sekarang ada pergeseran budaya akibat masifnya media sosial. Sebenarnya bully di kita sejak dulu sudah ada dengan istilah 'dipoyokan' dan selalu dianggap sepele," jelas Rikha kepada Kompas.com lewat telepon, Kamis (21/7/2022).

Dijadikan Konten

Rikha menambahkan, bullying atau dipoyokan bergeser kebiasaanya menjadi bahan keseharian pergaulan masyarakat terutama anak dengan anak, dewasa dengan anak, dan malah banyak dicontohkan di konten viral media sosial.

Bahkan, budaya bully atau dipoyokan tersebut sengaja dibuat video dan disebarkan di media sosial supaya viral dan mendapatkan uang atau dikomersialisasikan.

"Sekarang dengan acara ngejek, menjatuhkan orang lain, dan menganggap orang lain bodoh itu seolah dengan makna pergaulan anak yang biasa. Karena apa? Sebetulnya anak-anak dicontohkan orang dewasa di dekatnya. Juga, dengan anak sudah bebas di media sosial dan mencontoh orang dewasa yang selalu moyokan atau mengejek ke orang lain dan itu dicontoh anak-anak," tambah Rikha.

Baca juga: Zidan Akui Pantas di-Bully, Ungkap Dampak setelah Banjir Hujatan: Tidur Tak Nyenyak sampai Muntah

Padahal, lanjut Rikha, hal yang dianggap sepele tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis atau kejiwaan para korbannya atau orang yang dibully.

Bahkan, kondisi korban anak paling parah akan mengalami depresi, penurunan kepercayaan diri, sampai akhirnya bisa meninggal seperti kasus di Kabupaten Tasikmalaya.

"Budaya kita sudah mulai bergeser dan jadi banyak bully, semakin banyak contoh dan hit serta malah dikonsumsi entertain buat konten bully dan sebagainya," tutur dia.

"Kadang kita sudah mendengar di kalangan anak-anak dan dewasa kalau gak bully gak best friend. Makanya dianggap sepele dan kadang di rumah sendiri itu terjadi seperti itu oleh orang dewasa, orangtua, atau bahkan orang yang ditemui di dekatnya," tambah Rikha. (Kompas.com)

Penulis : Kontributor Tasikmalaya, Irwan Nugraha

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini