Kata Zakaria, sesuai informasi masyarakat bahwa gunung tersebut tidak boleh ada orang yang ribut.
"Kalau ribut kabut akan tutup gunung dan pada saat itu kabut tutup sehingga evakuasi terhambat," katanya.
Akhirnya, sebanyak 15 pekerja ini dievakuasi dari Kenyam lalu ke Timika, selanjutnya ke RSUD Mimika.
Usai menjalani pemeriksaan kesehatan di RSUD Mimika, Zakarias dan rekan lainnya dibawa ke Polres Mimika untuk d interogasi hingga pukul 21.00 WIT.
Dilindungi Masyarakat Setempat
Kata Zakarias, awalnya mereka tidak tahu kalau diancam KKB, tetapi ada bahasa dari masyarakat lokal setempat agar segera tinggalkan Paro.
Di Paro, 15 pekerja Puskesmas ini tinggal di balai desa dan dilindungi oleh masyarakat setempat.
"Saat di kampung kami juga tidak melihat ada orang pegang senjata," ungkapnya.
Baca juga: TPNPB-OPM Tegaskan Tidak Sandera 5 Penumpang Susi Air Karena Warga Asli Nduga
Zakarias mengaku, di Paro sudah sekitar 2 bulan lamanya. Hubungan dengan warga sekitar juga baik-baik saja hingga keluar dari Paro juga dikawal warga.
Saat keluar dari Paro mereka dibekali beras, dan mie instan. Kalau air minum mereka hanya mengandalkan air hujan.
Zakarias dan 14 teman lainnya mengalami tantangan terberat untuk menyelamatkan diri adalah saat naik turun gunung dengan kondisi yang curam.
"Saya trauma dan tidak mau bekerja di area rawan lagi," katanya.
Sebelum bekerja, kata Zakarias, mereka sudah dikumpulkan oleh pendeta dan masyarakat sekitar bahwa kalau kerja disini tidak boleh jalan.
Menurutnya, selama mereka bekerja, tidak ada teror dari kelompok KKB.