"Alasan ini cukup kuat bagi saya. Kami bergabung dulu diajak Lalu Athari karena melihat visi misi Partai Perindo yang sangat besar,menolak politik identitas, inklusif, terbuka untuk semua kalangan. Tapi nyatanya tidak benar," sambungnya.
Abdul Majid mengklaim dirinya selama ini mendapatkan pembatasan dengan alasan latar belakang organisasi.
Baca juga: TGB Zainul Majdi Minta Jajaran Pengurus Wilayah Perindo Siapkan Mental Petarung di Pemilu 2024
"Ini dari teman-teman DPD melaporkan, ada kepengurusan baru yang dibuat oleh organisasi, ketuanya dari golongan mereka."
"Ini kan ndak benar, ndak punya etika. Banyak laporan kepada kami, bahwa sturktur itu sudah jadi," sambungnya.
Wewakili seluruh pengurus DPW Perindo NTB yang menyatakan diri keluar, Abdul Majid ingin menyampaikan bahwa mereka bukanlah buruh politik.
Pernyataan itu ia lontarkan lantaran gonjang-ganjing adanya pergantian berhembus tak lama setelah mereka berhasil membawa Partai Perindo NTB lolos verifikasi faktual sebagai peserta pemilu 14 Desember 2022 silam.
"Keringat kami belum kering untuk pekerjaan Verfak. Mereka yang ganti ini tidak pernah menbantu sama sekali. Tiba-tiba mau masuk setelah pekerjaan selesai. Itu ada etikanya?" terang Abdul Majid.
Ia mengaku, telah menyampaikan hal tersebut kepada Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo melalui pesan singkat.
"Saya hanya ingin sampaikan ke Pak Ketua Umum bahwa keringat kami belum kering untuk memperjuangkan partai ini sehingga bisa lolos 100 persen di NTB tanpa ada campur tangan mereka-mereka yang menggantikan kami saat ini."
"Harapan kami, cukuplah kami yang di DPW yang diganti, jangan teman-teman di DPD. Kasian mereka Pak Metum. Kami yang berjuang mereka yang menikmati," tulis Abdul Majid kepada Ketua Umum Hary Tanoe.
Artikel ini telah tayang di TribunLombok.com dengan judul Pengurus Perindo NTB Ramai-ramai Mengundurkan Diri, Bakar Baju Partai dan KTA