AKBP Hendri Yulianto menuturkan, berdasarkan hasil penyidikan, polisi menguak sembilan korban lainnya. Jika digabung dengan korban berinisial PO, total jumlah korban Mbah Slamet sebanyak 10 orang.
"Awalnya pengakuan tersangka lima orang. Ketika sampai TKP, bertambah empat orang. Jadi seluruhnya 10 orang," ungkapnya, Senin, dilansir dari Kompas TV.
Akan tetapi, Hendri belum bisa menyampaikan kapan korban-korban tersebut meninggal.
"Pemeriksaan kita belum sampai ke sana. Tadi pemeriksaan kami baru siapa saja yang menjadi korban pembunuhan tersangka. Jadi fokusnya ke sana," tuturnya.
Terbaru, polisi kembali menemukan dua jenazah lagi korban dukun pengganda uang di Banjarnegara, Selasa (4/4/2023).
Temuan itu dilakukan selepas polisi melakukan beberapa penggalian berdasarkan petunjuk tersangka.
Total sampai hari ini, terdapat 12 jasad manusia yang ditemukan polisi.
"Iya, total ada 12 jenazah ditemukan," kata Kabibdhumas Polda Jawa Tengah Kombes Iqbal Alqudusy kepada wartawan di kantor Polda Jateng, Selasa (4/4/2023) sore.
Menurutnya, jasad tersebut sudah terpendam selama sekira enam bulan.
Hanya saja, polisi masih bekerja untuk menemukan detail semua korban lewat tim Disaster Victim Identification (DVI).
"Ada yang tinggal tengkorak saja," paparnya.
5. Identitas korban Mbah Slamet
Hendri menjelaskan, berdasarkan identifikasi sementara, dua dari sepuluh jenazah tersebut diduga adalah perempuan. Hal ini diketahui setelah petugas menemukan pakaian dalam wanita.
Sementara itu, menurut pengakuan tersangka, korbannya berasal dari sejumlah daerah, yakni satu orang dari Palembang, dua dari Yogyakarta, dan satu dari Sukabumi.
"Kemudian yang lainnya itu sampai saat ini tersangka masih lupa, mungkin besok akan kita lanjutkan lagi untuk mengidentifikasi korban-korban lainnya," jelasnya.
Mengenai korban, Kepala Desa Balun Mahbudiono mengungkapkan bahwa pihaknya pernah menerima laporan orang hilang dari Palembang.
"(Pernah menerima laporan) orang hilang sudah sekitar setahun lalu yang dari Palembang, sudah ditangani polisi," terangnya.
6. Terbongkarnya kasus dukun pengganda uang di Banjarnegara bunuh korban
Terkuaknya kasus dukun pengganda uang di Banjarnegara ini bermula dari adanya laporan keluarga korban ke polisi. Korban tersebut berinisial PO, warga Sukabumi, Jawa Barat.
PO tiba di rumah Mbah Slamet pada 23 Maret 2023. Ia sendirian pergi ke Banjarnegara untuk menagih uang Rp 70 juta yang diserahkannya kepada Mbah Slamet.
Setiba di rumah tersangka, PO sempat mengirim pesan WhatsApp kepada anaknya.
"Ini di rumahnya Pak Slamet, buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek. Misal ayah tidak ada kabar sampai hari Minggu, datang langsung ke lokasi bersama aparat," beber Hendri menirukan isi pesan tersebut.
Keesokan harinya, ternyata korban tak bisa dihubungi karena ponselnya tak aktif. Berbekal keterangan anak korban yang pernah bertandang ke rumah sang dukun, polisi lantas mendatangi rumah Mbah Slamet.
Polisi meringkus Mbah Slamet di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
7. Kesal ditagih, Mbah Slamet racuni korban
Tersangka membunuh PO karena kesal terus ditagih. Padahal, ia sudah menyerahkan uang Rp 70 juta kepada Mbah Slamet.
Uang itu diberikan secara bertahap. Slamet menjanjikan akan melipatgandakan uang PO menjadi Rp 5 miliar.
"Korban sudah menyerahkan mahar berkali-kali, tapi harapan menggandakan uang tidak didapatkan," papar Hendri, Senin.
Sewaktu PO mendatangi rumah tersangka, Mbah Slamet memberikan minuman kepada korban. Ia beralasan itu merupakan bagian dari ritual. Ternyata, minuman tersebut sudah dicampur potas atau racun ikan.
"Setelah berkali-kali ditagih, tersangka kesal. Kemudian, tersangka memberi minuman berisi potas kepada korban. Selanjutnya jasad korban dikubur di jalan menuju hutan," urainya.
Jasad PO dikubur di lokasi yang sama dengan sembilan korban lainnya. Lokasi kuburan korban merupakan lahan milik dukun pengganda uang itu.
8. Pengakuan Istri Soal Ritual
Seneh (49), Istri dari tersangka Tohari alias Mbah Slamet sempat merasa terkejut karena suaminya ditangkap polisi.
Namun demikian, ia juga mengaku tidak tahu dengan aktifitas suaminya tersebut.
Sebelumnya dia tidak mengetahui secara persis aktifitas perdukunan yang dilakukan Tohari.
Sehingga iapun merasa merasa biasa-biasa dan tidak tahu banyak.
Istri tersangka, yaitu Seneh (49) mengatakan kalau suaminya itu memang kerap menerima tamu-tamu.
"Saya kurang tahu, saya juga kaget. Kerjaan bapak tidak jelas dan serabutan. Saya sudah berkeluarga selama 25 tahun," katanya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (4/4/2023).
Ia tahu kalau suaminya sering menerima tamu namun dirinya jarang berkomunikasi dengan para tamu tersebut.
"Saya juga tidak pernah tanya-tanya," imbuhnya.
Tersangka diketahui sudah 1 tahun tidak pulang usai bertemu dengan seseorang asal Pagentan.
Namun demikian Istri tersangka juga mengaku merasa biasa saja.
"Saya biasa-biasa saja karena tidak tahu dengan aktifitas bapak. Cuma sempat kaget saat diseret-seret di kebun oleh polisi," katanya.
Sang istri menceritakan suaminya itu terakhir bertemu saat awal puasa.
Namun pergi lagi entah kemana dan hanya pulang sebentar saja.
Dengan ditangkapnya sang suami, tanggapan masyarakat juga biasa saja dan tidak ada yang aneh.
"Tidak ada imbasnya dari masyarakat dan biasa saja," jelasnya.
Tersangka Tohari diketahui mempunyai dua orang anak, yaitu putri umur 24 tahun dan putra 14 tahun.
Terkait dengan ritual, sang istri memang kerap memergoki suaminya membawa tamu-tamu di sebuah ruangan di depan rumah.
"Katanya ada ritual yang dilakukan di dalam ruangan depan rumah tapi cuma sebentar.
Memang kerap kasih uang tapi tidak tahu dari mana dan tamu tidak pernah menginap," ungkapnya. (Tribun Jateng/Surya/KompasTV)